Channel9.id, Jakarta – Indonesia masih menjadi tujuan menarik bagi produsen otomotif asal China untuk memperluas investasi. Salah satu raksasa otomotif, BYD, telah memastikan rencana pembangunan pabrik di Tanah Air. Sementara itu, Chery juga disebut tengah mempertimbangkan langkah serupa.
Tren ekspansi global pabrikan otomotif China semakin jelas terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Untuk pertama kalinya, nilai investasi produsen mobil listrik (electric vehicle/EV) asal Negeri Tirai Bambu ke luar negeri melampaui penanaman modal di dalam negeri.
Mengutip Bloomberg, Rabu (20/8/2025), total investasi rantai pasok EV dari perusahaan China di luar negeri tercatat mencapai US$16 miliar, lebih besar dibandingkan dengan investasi domestik yang sekitar US$15 miliar. Laporan Rhodium Group menyebut hal ini sebagai “pergeseran bersejarah”, mengingat sebelumnya sekitar 80% investasi mereka berfokus di pasar domestik.
Pergeseran tersebut didorong oleh kelebihan kapasitas dan perang harga berkepanjangan di China, yang membuat margin keuntungan semakin tertekan. Selain itu, produsen juga berusaha menghindari hambatan tarif di pasar Eropa dan Amerika Serikat dengan membangun fasilitas produksi langsung di kawasan tersebut.
“Fakta bahwa investasi luar negeri kini melampaui domestik menunjukkan kondisi pasar China yang sudah jenuh serta adanya peluang strategis di luar negeri dengan imbal hasil lebih besar,” ujar Armand Meyer, peneliti senior Rhodium.
Sekitar 75% dari investasi itu berasal dari produsen baterai, mengingat industri ini sangat padat modal. Nama besar seperti CATL, Envision Group, dan Gotion High-Tech aktif menggarap pasar global, bekerja sama dengan produsen otomotif raksasa seperti Tesla dan BMW. CATL bahkan menegaskan ekspansi internasional sebagai “prioritas utama” di tengah ketatnya kompetisi domestik.
BYD, yang menjadi produsen mobil terbesar di China, telah memiliki pabrik di Brasil dan Thailand, serta merencanakan fasilitas baru di Turki dan Indonesia. Sementara Chery berkomitmen membangun pabrik kendaraan listrik senilai US$1 miliar di Turki.
Dorongan Pembentukan Satgas Khusus
Merespons potensi relokasi pabrik China ke Indonesia, Center of Economics and Law Studies (Celios) menilai pemerintah perlu membentuk satuan tugas (Satgas) khusus. Direktur Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, menyebut Satgas ini penting agar investor tidak mundur dari rencana investasinya.
“Khusus untuk relokasi industri dari China, perlu dibentuk Satgas khusus. Satgas ini bertugas memastikan proses relokasi benar-benar terealisasi di Indonesia,” ujar Bhima.
Ia menekankan bahwa Satgas harus menindaklanjuti secara detail kebutuhan perusahaan yang ingin merelokasi pabrik, terutama di sektor padat karya. Dengan begitu, keberadaan pabrik baru dapat menyerap tenaga kerja lokal, termasuk mereka yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Satgas berfungsi melakukan follow up rinci dan memetakan daftar kebutuhan perusahaan China yang akan pindah ke Indonesia, khususnya agar bisa menyerap tenaga kerja dan korban PHK dari industri terkait,” jelas Bhima.