Facebook Buka Messenger API di Instagram untuk Semua Pengembang
Techno

Cara Mengoperasikan Transmisi Matic Toyota Innova Reborn

Channel9.id-Jakarta. Facebook mempermudah para peneliti untuk mempelajari platformnya dengan Researcher API yang baru. API, yang akan hadir pada akhir tahun ini, akan mempermudah para akademisi untuk mempelajari konten yang dibagikan di grup dan halaman publik.

Facebook mengumumkan hal itu setelah pihaknya menutup akses sebagian besar ke platformnya dari orang luar selama tiga tahun, karena skandal Cambridge Analytica—yang mempersulit orang luar untuk mempelajari platformnya. Kini perusahan ingin membalikkan keadaan tersebut dengan kembali membuka akses untuk orang luar.

Adapun API terbaru itu memungkinkan peneliti yang memenuhi syarat untuk mempelajari platform, dari halaman, grup, dan acara di Amerika Serikat (AS), termasuk unggahan tertentu dari pengguna. Selain itu, peneliti pun akan mendapat akses ke metrik pengikut dan statistik keterlibatan untuk ketiga hal tersebut.

“Itu dirancang khusus untuk para peneliti. Dibandingkan dengan penawaran data penelitian lain seperti CrowdTangle, Researcher API akan menyertakan halaman publik AS, acara, dan data grup di Facebook—terlepas dari jumlah pengikut. Ini penting karena membantu studi tentang gerakan pinggiran dan nonmainstream dimulai saat mereka muncul, bukan hanya ketika mereka sudah menonjol di platform,” kata Chaya Nayak, kepala Penelitian Terbuka dan Transparansi Facebook, dikutip dari Engadget, Rabu (2/6).

Dalam setahun terakhir ini, menangani grup pinggiran menjadi masalah bagi Facebook. Perusahaan sempat dikritik lantaran gagal mencegah Qanon berkembang—yang pernah dianggap sebagai gerakan pinggiran—hingga akhirnya menjadi gerakan arus utama. Kemudian, setelah pemilihan umum, Facebook gagal mengenali bahaya yang ditimbulkan oleh gerakan “Stop The Steal”, yang memicu kekerasan pada 6 Januari lalu.

Nah, dengan mengizinkan peneliti yang berspesialisasi dalam misinformasi atau ekstremisme, termasuk yang ingin mempelajari gerakan berbahaya, bisa membantu Facebook lebih siap mengatasi mereka yang mencoba mengagitasi massa atau mengorganisir di platform.

Untuk diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Facebook dengan para peneliti yang ingin mempelajari platformnya sering kali tegang. Beberapa akademisi pernah menyebut perusahaan ini mempersulit mereka untuk mengakses data. Bahkan, Facebook sempat dikritik lantaran berusaha mencegah para peneliti di Universitas New York mempelajari sistem penargetan iklan politik pada tahun lalu.

Nampaknya Researcher API yang baru tak memberi akses tambahan ke iklan atau informasi penargetan. Justru ini berfokus pada unggahan yang sudah populer. Meski begitu, jika perusahaan memperluas API untuk para peneliti, hal ini masih bisa berguna bagi mereka yang ingin mempelajari informasi yang salah, ekstremisme, atau masalah lainnya.

Lebih lanjut, meski di tahap awal Reseracher API hanya untuk AS, Nayak mengatakan pihaknya berencana untuk memperluasnya wilayah lain. Ia pun mengatakan bahwa ke depannya, Facebook akan menggunakan wawasan penelitian untuk mempertimbangkan perubahan pada produk mereka.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =