Channel9.id-Jakarta. China dilaporkan mengerahkan sejumlah tank dan kendaraan lapis baja di Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, yang berdekatan dengan perbatasan Hong Kong. Dikhawatirkan, China memang sengaja mengerahkan militer untuk meredam aksi demonstrasi di Hong Kong yang sudah berlangsung selama tiga bulan.
Pengerahan sejumlah tank dan kendaraan lapis baja pengangkut personel ini dinilai sebagai langkah taktik Beijing untuk menakut-nakuti demonstran anti-pemerintah.
Video pengerahan tank-tank tersebut dipublikasikan media pemerintah China, People’s Daily dan Global Times pada hari Senin, di saat ribuan demonstran anti-pemerintah menduduki Bandara Internasional Hong Kong. Kendaraan-kendaraan tempur itu berkumpul di kota Shenzhen, di seberang perbatasan Hong Kong. Jarak kedua wilayah itu bisa ditempuh 1,5 jam dengan kendaraan.
Video ini dirilis setelah demo pro demokrasi di Hong Kong semakin meningkat. Massa pro demokrasi seringkali bentrok dengan polisi yang dianggap represif. Beberapa foto dan video kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa pun tersebar. Massa pun terbelah menjadi dua kubu, yakni pro demokrasi dan pro polisi. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan China di Hong Kong sejak penyerahan wilayah itu oleh Inggris tahun 1997.
Kedua media pemerintah mengklaim konvoi kendaraan lapis baja itu untuk misi latihan militer. “Polisi bersenjata telah berkumpul di Shenzhen, sebuah kota yang berbatasan dengan Hong Kong, sebelum latihan-latihan berskala besar,” tulis Global Times di akun Twitter-nya, @globaltimesnews.
Dalam posting lainnya People’s Daily mengatakan pasukan yang dikerahkan di Shenzhen siap untuk menangani kerusuhan, gangguan, kekerasan besar dan kejahatan serta masalah keamanan sosial terkait terorisme.
“China menyiratkan bahwa mereka mengirim Tentara Pembebasan Rakyat atau mengeluarkan intervensi langsung tetapi mereka tidak mau,” kata Ben Bland, direktur lembaga pemikir kebijakan Lowy Institute yang bermarkas di Sydney.
“(Beijing) berharap bahwa sinyal untuk menakuti pengunjuk rasa agar mundur, tetapi jika dan ketika Beijing memutuskan untuk mengerahkan pasukan, mereka tidak akan mengiklankannya,” katanya kepada CNBC, Selasa (13/8/2019).
“Ini semua adalah bagian dari tarian halus antara China dan Hong Kong yang mencapai titik kritis karena hampir tidak ada kesamaan atau kepentingan yang tumpang tindih antara pengunjuk rasa dan Beijing,” ujar Bland.
Kekhawatiran pun muncul, China akan menggunakan kekuatan militernya dalam menghadapi pendemo di Hong Kong sebagaimana China menghadapi pengunjuk rasa di Lapangan Tiananmen pada Juni 1989.
Juru Bicara Pemerintah China untuk Kantor Urusan Hong Kong dan Macau, memperingatkan pendemo, yang ia sebut para kriminal, dan menegaskan tekad pemerintah China untuk menjaga kemakmuran dan kestabilan Hong Kong.
Sementara itu, Kepala Kantor Urusan Hong Kong dan Macau menyatakan, pemerintah China memiliki cara dan kekuatan penuh untuk meredam kerusuhan. Ia lalu mengutip pernyataan menteri pertahanan China sebelumnya bahwa dua bulan setelah insiden Tiananmen, situasi kembali menjadi stabil. Ia juga menambahkan bahwa tindakan represif Pemerintah China di Tiananmen adalah tindakan tepat.