Channel9.id, Jakarta – Indonesia diprediksi masih mencatatkan defisit neraca dagang pada Desember 2018. Akan tetapi, defisit perdagangan tersebut menyusut dibandingkan bulan sebelumnya.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, neraca perdagangan Desember 2018 diperkirakan defisit USD 668 juta pada Desember 2018. Laju ekspor diprediksi mencapai 1,95 persen secara year on year (YoY) dan impor diperkirakan tumbuh 4,75 persen YoY.
Pada November 2018, Indonesia alami defisit neraca dagang USD 2,05 miliar. Ekspor bukukan kinerja USD 14,83 miliar. Ekspor turun 3,28 persen secara year on year (YoY) dan impor tercatat USD 16,88 miliar atau naik 11,68 persen.
“Defisit neraca perdagangan Desember menyusut dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat defisit USD 2 miliar didorong oleh penurunan laju impor,” ujar dia saat dihubungi Channel9.id, lewat pesan singkat Selasa (15/1/2019).
Penurunan impor dipicu penurunan harga minyak dunia sebesar 14 persen Month on Month (MoM) secara rata-rata pada Desember sehingga menekan impor migas.
Selain itu, aktivitas investasi pada akhir 2018 juga melandai sehingga menekan impor barang modal.
Sementara itu di sisi lainnya, ekspor diperkirakan sedikit membaik dibandikan bulan sebelumnya ditopang kenaikan harga beberapa komoditas ekspor seperti minyak kelapa sawit yang naik sekitar 1,9 persen MoM, karet naik 1,6 persen MoM.
“Meski pun di sisi harga cenderung membaik tapi secara volume ekspor diperkirakan menurun seiring dengan penurunan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia antara lain China, AS, dan Jepang,” kata dia.