Channel9.id – Jakarta. Demo besar-besaran kini melanda kampus-kampus di Amerika Serikat (AS). Protes awalnya memenuhi jalan-jalan Brooklyn dan meningkat di banyak universitas-universitas di seluruh negeri.
Para mahasiswa mengecam keras Israel dan meminta diakhirinya korban sipil di Gaza. Eskalasi makin terjadi menyusul penangkapan massal terhadap para demonstran di beberapa universitas dalam beberapa hari terakhir.
Sekelompok besar demonstran telah mendirikan Perkemahan Solidaritas Gaza di halaman rumput Universitas Columbia pada Senin. Namun aksi ini tidak berjalan mulus, dengan beberapa mahasiswa Yahudi melaporkan intimidasi dan anti-Semitisme.
Dalam surat terbukanya kepada komunitas universitas, Rektor Columbia, Nemat Shafik mengatakan perlu adanya ‘pengaturan ulang’ terhadap aksi-aksi bela Palestina. Pihaknya juga memerintahkan agar perkuliahan di Universitas Columbia dialihkan secara online untuk sementara waktu.
“Bahasa anti-Semit, seperti bahasa lain yang digunakan untuk menyakiti dan menakut-nakuti orang, tidak dapat diterima dan tindakan yang tepat akan diambil,” ujarnya dikutip AFP, Rabu (24/4/2024).
“Untuk meredakan dendam dan memberi kita semua kesempatan untuk mempertimbangkan langkah selanjutnya, saya mengumumkan bahwa semua kelas akan diadakan secara virtual pada hari Senin,” tambahnya.
Gelombang protes ini juga terjadi di kampus lain. Protes juga menyebar ke kampus-kampus seperti MIT, University New York (NYU), dan Universitas Michigan. Di Universitas Yale, setidaknya 47 orang ditangkap pada hari Senin setelah menolak permintaan untuk membubarkan diri.
“Universitas mengambil keputusan untuk menangkap orang-orang yang tidak mau meninggalkan alun-alun dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan seluruh komunitas Yale dan mengizinkan semua anggota komunitas kami mengakses fasilitas universitas,” kata Yale, yang merupakan bagian dari kampus Ivy League, dalam sebuah pernyataan.
“Siswa yang ditangkap juga akan dirujuk untuk tindakan disipliner Yale, yang mencakup serangkaian sanksi, seperti teguran, masa percobaan, atau skorsing.”
Sementara itu, potes besar di jalanan Brooklyn mencapai kebuntuan pada hari Selasa ketika polisi New York mulai menangkap pendemo karena perilaku tidak tertib. Polisi menahan mereka yang menolak untuk bergerak dengan menggunakan tali pengikat.
Atas kondisi ini, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengkritik penggunaan pasukan polisi untuk membungkam perbedaan pendapat. Lembaga itu mengatakan bahwa hal itu merusak kebebasan akademis.
“Begitu juga dengan pencemaran nama baik dan membahayakan mahasiswa Yahudi, Muslim dan Palestina… yang didasarkan pada komentar-komentar yang menghasut dan mencurigakan yang dibuat oleh beberapa orang tak dikenal dan bertopeng di luar kampus,” Afaf Nasher, direktur eksekutif CAIR di New York, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Di sisi lain, Joseph Howley, seorang profesor ilmu klasik di Columbia, mengatakan universitas tempatnya bernaung telah menggunakan alat yang salah dengan melibatkan polisi. Pasalnya, hal ini telah menarik lebih banyak elemen radikal.
“Anda tidak bisa mendisiplinkan dan menghukum untuk keluar dari prasangka dan ketidaksepakatan masyarakat,” kata Howley.
IG