Channel9.id-Jakarta. Banyak bintang film yang mencoba berperan di belakang layar. Tapi Dian Sastrowardoyo tampaknya beda dengan bintang film lainnya, karena ia berperan ganda jadi produser dan sekaligus tetap menjadi pemain dalam film berjudul ‘Esok Tanpa Ibu’, atau yang dikenal secara internasional dengan judul Mothernet.
Dalam film ini, Dian berperan sebagai Laras, seorang ibu di dunia nyata, sekaligus sebagai i-BU, sebuah entitas kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Memerankan entitas nonmanusia memberikan tantangan tersendiri bagi Dian. Ia mengaku harus melakukan riset khusus agar bisa membedakan karakter manusia dengan AI secara organik.
“Untuk bisa mendapatkan arahan karakter yang tepat, aku jujur jadi sangat sering ngobrol sama AI, mencoba meniru cara dia ngomong,” kata Dian, beberapa waktu yang lalu.
Lebih lanjut, Dian menerangkan bahwa pengalaman ini sangat berbeda dibandingkan saat dirinya mengisi suara untuk aplikasi navigasi Waze pada 2018 silam.
Jika dahulu ia tetap menonjolkan kepribadian aslinya, kali ini, ia harus menekan aspek kemanusiaan tersebut.
“Pendekatannya beda banget sih mas, karena dulu isi Waze itu lebih pakai personality aku secara pribadi. Sementara kalau di sini aku lebih meniru personaliti AI, kayak lebih kaku daripada aku yang pribadi,” terangnya.
Esok Tanpa Ibu juga menandai langkah besar Dian di belakang layar melalui perusahaan produksi barunya, Beacon Film, yang didirikannya sejak akhir 2023.
Dian menegaskan bahwa pemilihan proyek ini didasari oleh kekuatan pesan yang terkandung di dalam naskahnya.
“Tidak hanya pesan untuk orang-orang Indonesia, tapi juga di luar Indonesia. Esok Tanpa Ibu adalah film pertama di mana saya akhirnya memberanikan diri mengambil dua peran. Baik sebagai seorang ibu di sini, sebagai aktornya, tapi juga produser,” Dian membeberkan.
Kisahnya tentang hubungan antara Rama atau Cimot (Ali Fikry) dengan ayahnya (Ringgo Agus Rahman). Hubungan yang semula tidak harmonis semakin diuji ketika sang ibu, Laras, jatuh ke dalam kondisi koma.
Di tengah keterpurukan, Rama menemukan harapan melalui i-BU, sebuah AI ciptaan temannya. Teknologi ini memungkinkan Rama untuk kembali melihat wajah dan mendengar suara ibunya.
Lebih dari sekadar obat rindu, AI tersebut digunakan sebagai alat bantu medis untuk merangsang kerja otak Laras.
Film hasil kolaborasi BASE Entertainment, Beacon Film, dan Refinery Media ini sebelumnya telah sukses menggelar penayangan perdana di ajang JAFF 20.
Melalui dukungan dari Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), film ini diharapkan mampu menggugah kesadaran penonton akan pentingnya menghargai waktu bersama keluarga.
Film ‘Esok Tanpa Ibu’ dijadwalkan tayang perdana di seluruh bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Kontributor: Akhmad Sekhu





