Channel9.id-Jakarta. Cacatnya partikel virus Corona SARS-CoV-2 kemungkinan menjadi penyebab sejumlah orang yang terinfeksi tak menunjukkan gejala Covid-19. Hal ini berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan dari Cina.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Li Lanjuan dari State Key Laboratory for Diagnosis and Treatment of Infectious Diseases dari Zhejiang University itu mendapati bahwa, sel yang terinfeksi oleh virus bisa melepas sejumlah besar partikel yang belum diketahui.
Partikel-partikel yang belum diketahui itu memiliki gen virus Corona yang tak lengkap dan tak terbungkus membran pelindung. Pun terlihat lebih kecil dari virus normal. Bentuknya pun banyak yang tak beraturan.
Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan melihat partikel sedemikian dekat sel yang terinfeksi dengan virus Corona, namun belum jelas apa itu.
Menurut dugaan Li, hal itu terjadi karena adanya defective interfering particle (DIP) atau partikel-partikel pengganggu yang cacat. DIP adalah salinan yang tidak akurat yang dibuat oleh virus saat bereplikasi.
Diketahui, virus Corona menyimpan gen-gennya dalam asam ribonukleat berantai tunggal yang relatif longgar, yang rentan terhadap kesalahan replikasi, seperti hilangnya gen akibat protein.
“Ada penghapusan kecil dalam genom dan sejumlah besar partikel. Partikel-partikel ini dapat menjelaskan infeksi tanpa gejala pada tingkat molekuler,” tulis Li menjelaskan penelitiannya.
South China Morning Post melaporkan, sekitar 20% dari kasus virus Corona tidak menunjukkan gejala. Sejumlah peneliti khawatir bila para silent spreader alias penyebar virus diam-diam ini yang menyebarkan wabah di seluruh dunia.
Satu kasus di Chongqing, Cina, tercatat adanya seorang pasien positif Covid-19 dirawat selama 45 hari di rumah sakit, namun tidak menunjukkan gejala penyakit.
Sejumlah peneliti menduga orang-orang tanpa gejala bisa saja menjadi penyebab awal lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara. Temuan ini lantas mendorong WHO untuk menarik pernyataannya April lalu, yang menyebut pasien tanpa gejala tak mungkin menyebarkan virus.
Namun sejauh ini, belum ada bukti reproduksi virus dari kasus tersebut. Tim Li pun belum bisa memastikan apakah partikel cacat itu bisa menyebabkan gejala pada orang yang terinfeksi virus Corona baru ini.
(LH)