Dirjen GTK Jelaskan Tantangan Tata Kelola Pendidikan Nasional
Nasional

Dirjen GTK Jelaskan Tantangan Tata Kelola Pendidikan Nasional

Channel9.id-Jakarta. Prof. Nunuk Suryani membahas tantangan tata kelola pendidikan nasional dalam seminar nasional Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Era disrupsi hadir sebagai tantangan di berbagai sektor, terutama dalam pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Beberapa tantangan yang harus dihadapi adalah gejolak revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Hal tersebut diangkat menjadi tema seminar nasional yang diselenggarakan pada Senin (19/06/2023).

Terkait tantangan di era disrupsi, Jenderal (Purn.) Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan dan Keynotes speaker seminar ini, menyebutkan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu dari perhatian pemerintah dalam upaya pemajuan bangsa.

Sementara Prof. Komarudin, Rektor UNJ, mengatakan sumber daya manusia harus ditingkatkan kompetensi dan kapasitasnya. Dalam sambutan pembukaan seminar, ia sampaikan bahwa era disrupsi dapat berpotensi gangguan dan inovasi. Sehingga pendidikan, terutama UNJ, harus melihat ini sebagai peluang transformasi dalam pembangunan tata kelola pendidikan unggul dan kelas dunia.

Pada kesempatan ini, Prof. Nunuk Suryani, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, turut menyinggung tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tata kelola pendidikan. Diantaranya adalah aksesibilitas pendidikan dan peran kampus.

Ia menyampaikan refleksinya terkait keberadaan kecerdasan buatan (AI) yang marak digunakan di lingkungan akademik. “SDM unggul adalah mereka yang mampu beradaptasi dan merangkul perubahan yang tidak bisa diprediksi,” ucapnya.

Ia juga menyebut bahwa penguji atau promotor harus waspada karena ChatGPT sebagai AI bisa digunakan untuk melakukan plagiasi. Aspek lain yang ia singgung adalah ketergantungan dengan teknologi. ChatGPT sendiri tercatat sering memberikan informasi keliru bagi penggunanya.

Dirjen GTK ini menyebut bahwa SDM unggul berkaitan erat dengan cita-cita Indonesia emas tahun 2045. Pembangunan SDM termasuk dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 yang disebut harus dilaksanakan untuk mencapai Indonesia emas 2045.

Kendati demikian, Prof. Nunuk menggarisbawahi dua faktor penting yang harus dihadapi yakni praktik korupsi dan kemiskinan. Dua hal tersebut dinilai menghalangi seseorang untuk mengembangkan diri sebagai SDM unggul. “60% penduduk kita ada di garis kemiskinan, sehingga pemenuhan kebutuhan dasar tidak bisa,” ucap ia saat menyampaikan pemaparan materi.

Masalah aksesibilitas tersebut disebut sangat nampak saat pandemi Covid-19 dengan disparitas antara populasi kaya dan miskin terkait akses pendidikan. Tidak berhenti disana, ketersediaan infrastruktur juga jadi penyebab yang menyumbang. Presentasi Prof. Nunuk menampilkan bahwa pendidikan nasional memiliki dua masalah besar, yaitu: layanan pendidikan belum merata dan kualitas pendidikan yang masih rendah.

Masalah lain yang bersangkutan dengan kampus adalah keterhubungan dengan sekolah. “terjadi missing link antara pelaksana perguruan tinggi dan dunia kerja,” ungkap nya. Ia menyebutkan perlunya untuk meninjau antara praktisi di lapangan.

Dalam konteks Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), guru harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dasar berbasis literasi 4.0 yang mencakup literasi humanitas, literasi keagamaan, literasi teknologi, literasi digital, dan literasi data. “Semua guru adalah ahli pendidikan, ahli literasi digital, cerdas memiliki konten digital, termasuk juga literasi keagamaan,” ucap Prof. Nunuk.

Baca juga: Rektor UNJ Ungkap Strategi Tata Kelola Pendidikan Nasional di Era Disrupsi

Tata kelola pendidikan berkualitas merupakan katalisator penting untuk kemajuan bangsa. Hal tersebut diucapkan oleh Tata Tavip Budiawan, Ketua Panitia seminar nasional yang bertajuk “Penguatan Tata Kelola Pendidikan Nasional Dalam Meningkatkan Kualitas SDM di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0” ini. Ia berharap seminar ini dapat menguatkan komitmen implementasi pendidikan makro, meso dan mikro.

(FB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  37  =  41