Channel9.id, Jakarta – Pendidikan kewirausahaan di pesantren menjadi momentum penting untuk menumbuhkan spirit entrepreneurship di kalangan santri. Hal ini telah diterapkan dalam program wirausaha santri di Pesantren Thariiqul Jannah dan Pondok Pesantren Sunanulhuda, Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Karuniana Dianta, salah seorang peneliti dari Universitas Negeri Jakarta, konsep wirausaha santri yang diterapkan terbukti memberikan dampak positif terhadap penguatan kapasitas ekonomi santri.
“Tentu program seperti ini memiliki dampak positif bagi santri ke depannya yang ingin terjun ke dalam dunia wirausaha terkait bekal keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang dilakukan selama mengikuti program,” katanya.
Karuniana bersama tim peneliti dari Universitas Negeri Jakarta yaitu Darma Rika Swaramarinda, Alif Maharrizki, serta Ghifari Aminudin, memperkuat konsep tersebut dengan melakukan kajian strategis, monitoring, dan evaluasi program yang telah berjalan. Dalam penelitian itu, mereka menekankan pentingnya memperkuat dimensi kebijakan publik agar program dapat berjalan lebih berkelanjutan.
Karuniana Dianta menambahkan, penelitian ini menerapkan prinsip evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, Product). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sejak program digulirkan, para santri mendapatkan pemahaman keterampilan wirausaha yang nyata.
“Penelitian ini memperlihatkan bahwa para santri telah dibekali dengan berbagai keterampilan kewirausahaan praktis, mulai dari produksi, pemasaran, hingga manajemen usaha, bahkan mulai diarahkan pada pendidikan kewirausahaan digital untuk menjawab tantangan era teknologi,” jelasnya.
Sementara itu, Darma Rika Swaramarinda menegaskan bahwa program ini memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan usaha. Menurutnya, ada beberapa jenis usaha yang dijalankan, di antaranya konveksi, laundry, Event Organizer (EO), hingga toko santri.
“Melalui program ini, santri tidak saja dibekali ilmu agama yang kokoh tetapi juga pemahaman dan pengalaman berwirausaha yang sangat penting menunjang kehidupannya ke depan. Termasuk pelatihan berbasis pendidikan kewirausahaan digital yang kini mulai diperkenalkan untuk memanfaatkan peluang pasar online,” katanya.
Darma Rika menambahkan bahwa dari sisi konteks, program ini lahir dari kebutuhan pesantren untuk mencetak lulusan yang mandiri secara ekonomi. Dari sisi input, pelaksanaan program didukung berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, mitra usaha seperti IKEA, UMKM lokal, dan para alumni. Ia menekankan, pentingnya penelitian monitoring dan evaluasi untuk melihat sejauh mana efektifitas program berjalan. Hasilnya, program terbukti dijalankan secara terstruktur dengan jadwal yang tidak mengganggu aktivitas diniyah, dan dengan keterlibatan aktif santri.
“Dari sisi produk, program ini telah membuahkan hasil nyata berupa peningkatan rasa percaya diri, kreativitas, dan kemandirian ekonomi santri. Bahkan sejumlah alumni sudah mulai merintis usaha secara mandiri,” tambahnya.
Adapun Alif Maharrizki mencatat, penelitian ini juga memperlihatkan beberapa tantangan penting, seperti terbatasnya keterampilan teknis dan manajerial, minimnya sistem pendampingan usaha yang berkelanjutan, serta kebutuhan untuk digitalisasi produk dan perluasan akses pasar.
“Berdasarkan hasil penelitian ini tentu dapat menjadi bahan evaluasi kebijakan publik agar pimpinan pondok dan pemerintah dapat memperbaiki serta menstimulasi program supaya lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman, khususnya di era pendidikan kewirausahaan digital,” ujarnya.
Alif menambahkan bahwa hasil penelitian juga memberikan sejumlah rekomendasi, di antaranya perlunya integrasi kurikulum wirausaha dengan pendidikan pesantren, kebijakan berkelanjutan terkait pelatihan SDM, pembentukan ekosistem bisnis, dukungan kebijakan publik nasional melalui Kementerian Agama, serta penguatan jaringan kemitraan strategis.
Menurut Karuniana Dianta, penelitian ini merupakan bagian dari upaya evaluasi kebijakan berbasis data terhadap implementasi program pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren.
“Penelitian ini khususnya mendukung visi pemerintah untuk membangun SDM unggul dan mandiri melalui pendidikan berbasis keagamaan serta keterampilan praktis, termasuk pemanfaatan pendidikan kewirausahaan digital sebagai jembatan menuju kemandirian,” katanya