Channel9.id-Jakarta. Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) harus segera masuk dalam sistem kelistrikan di Indonesia. Ia berpendapat tenaga nuklir efisien dari sisi biaya, memiliki potensi gangguan listrik yang sangat kecil, dan pembangkit listrik paling bersih.
“PLTN harus masuk dalam kelistrikan nasional. Kita ingin menjadi negara dengan industri yang maju, tanpa nuklir sulit untuk memperoleh listrik yang handal 24 jam bersih dan cost yang kompetitif,” kata Kurtubi di Jakarta pada Selasa (6/8).
Ia menambahkan, padamnya listrik selama delapan jam lebih di Ibu Kota Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, telah merugikan masyarakat khususnya industri dan perusahaan.
Pemadaman itu, lanjutnya sama sekali tidak mendukung terwujudnya negara maju dan udara yang bersih. Dimana negara maju harus diperkuat industri dan industri butuh jaminan dan keamanan listrik yang kuat.
“Kalau listriknya tak mendukung, maka semua akan macet dan perekonomian akan melambat terus di angka 5,2 persen,” katanya.
Senada dengan Kurtubi, Anggota Komisi VI DPR Dito Ganinduto juga menyatakan setuju PLTN harus segera masuk dalam sistem kelistrikan di Indonesia.
Menurutnya, diperlukan ketegasan pemerintah untuk membangun PLTN jika Indonesia ingin terlepas dari listrik berbiaya tinggi dan menjamin kelancaran pasokan. Apalagi wacana pembangunan PLTN di Indonesia pernah terganjal sejumlah faktor, antara lain politik.
Ia pun tidak membantah bahwa kepentingan kelompok tertentu terganggu apabila Indonesia memiliki PLTN.
“Sebenarnya tak usah dikhawatirkan soal listrik tenaga nuklir karena telah diterapkan di sejumlah negara maju. Akan tetapi ada masalah lokasi dan ada faktor politisnya untuk dimasukkan ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL),” ujarnya.
Sebelumnya, insiden padam listrik massal terjadi di Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah pada 4 hingga 5 Agustus 2019 lalu. PLN menjelaskan listrik mati karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.
Akibatnya, seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan (trip). Aliran listrik kemudian padam di wilayah Jabodetabek, termasuk Banten, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah. Listrik padam di wilayah Jabodetabek sendiri terjadi mulai pukul 11.48 WIB.
Selain itu, pemadaman listrik di wilayah lainnya termasuk Jawa Barat disebabkan karena gangguan transmisi Sutet 500 kV.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan
jajaran Direksi PLN untuk segera mengatasi hal ini, dan meminta agar kejadian
serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.