Channel9.id – Jakarta. Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjan Nadhatul Ulama (PP ISNU) Dr. Ali Masykur Musa menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan sosialisasi Aswaja untuk kader ISNU. Ia menjabarkan arah perjuangan ISNU dan tantangan internal-eksternal terhadapnya.
Ali Masykur atau yang akrab disapa Cak Ali ini mengawali pemaparan materinya dengan menjabarkan arah perjuangan ISNU yakni, Ideologis, Teknokratis, dan Profesional. Menurutnya hal tersebut berkaitan dengan dua amanat warga NU yakni Amanah Dinniyah dan Amanah Wathaniyah.
“Amanah Diniyyah, memahami agama bukan semata teologi dan ritual, tapi Islam sebagai agama peradaban, budaya, dan kemanusiaan. Amanah Wathaniyyah, memperjuangkan Indonesia, meningkatkan kualitas pendidikan dan ekonomi warganya, agar menjadi negara bangsa yang unggul dan diperhitungkan dunia,” ucap Cak Ali saat memaparkan materi dalam kegiatan PW-ISNU di Aula Lantai 8 Gedung Ki Hajar Dewantara UNJ Jakarta, Senin (4/9/2023).
Dalam kesempatan itu, Cak Ali juga menyebut ideologi yang turut menjadi ancaman bagi NU, salah satunya adalah ekstremisme.
Dilansir dari survei Alvara Research Center, Cak Ali mengatakan sebagian milenial atau kelahiran akhir 1980 dan awal 1990-an setuju mengenai konsep khilafah sebagai bentuk negara. “Survei ini dilakukan terhadap 4200 milenial yang terdiri dari 1800 mahasiswa dan 2400 pelajar SMA di Indonesia,” ucapnya.
Masih berkaitan dengan hal itu, Cak Ali juga mengangkat kompetisi ideologi yang harus dipertimbangkan oleh kader ISNU.
“Kini NU menghadapi kompetisi ideologi keagamaan internal Islam dan non-islam. Sebagai contoh, pertarungan ideologi Ahlusunnah wal-Jama’ah dengan ideologi Islam transnasional (Wahabi, Salafi, Ikhwanl Muslimin, Hizbut Tahrir, Syiah),” katanya.
“Sedangkan ideologi non-Islam yang menjadi ancaman bagi NU adalah ideologi liberalisme, komunisme, materialisme, sekularisme, hedonime, otoritanisme, dan islamophobia,” lanjutnya.
Cak Ali menyimpulkan bahwa kader NU harus aktif dalam dinamika masyarakat. Menurutnya, Aswaja harus dikembangkan sebagai gerakan.
Ia juga menambahkan bahwa posisi Aswaja harus dapat memperkuat dirinya sehingga menjadi ideologi arus utama umat islam.
“Aswaja harus terus dikembangkan, direvitalisasi menjadi ideologi gerakan. Eksistensi dan pengembangan ideolig Aswaja menghadapi kompetisi atas berkembangnya ideologi lain,” ucapnya.
“Karena itu posisi Aswaja harus fokus dan mampu mempertegas dirinya sebagai ideologi arus utama umat Islam sekaligus inspirasi bagi terwujudnya Indonesia yang Sejahtera,” pungkasnya.
Baca juga: Rektor UNJ Sampaikan Empat Poin Tantangan dan Peluang Sarjana NU
Baca juga: PW ISNU Menggelar Sosialisasi Aswaja Bagi Kader DKI Jakarta di UNJ
BHR