Oleh : Khairul Anam Ketua Milenial Muslim Bersatu
Belakangan ini media sosial dan media daring dihebohkan dengan foto lawas Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D dan Jenderal Polisi Drs. Idham Azis, M.Si., diperkirakan foto tersebut ketika mereka berdua masuk di Tim Anti Teror dan Bom (ATB) Polri Cikal Bakal Densus 88.
Saat ini keduanya sama-sama menjadi tokoh nasional berpangkat Jenderal, namun bedanya Tito Karnavian sebagai Jenderal Polisi (Purn) sebagai orang nomor satu di tubuh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang sebelumnya menjadi Kapolri 2016-2019, sedangkan rekannya Idham Aziz sekarang menggantikannya menjadi orang nomor satu di tubuh Korps Bhayangkara.
Dua sosok ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kelompok aksi kekerasan, bahkan teror di Indonesia. Mereka pernah berada dalam tim yang sama, terutama saat menangani kasus terorisme di Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polda Metro Jaya.
Aksi yang tidak akan pernah terlupakan oleh masyarkat Indonesia ketika Tito Karnavian memimpin tim Densus 88 berhasil melumpuhkan gembong teroris Dr. Azahari bin Husin seorang insinyur asal Malaysia yang jadi otak serangkaian serangan terorisme di Indonesia di Batu, Jawa Timur pada November 2009. Dimana Idham Aziz juga menjadi salah seorang anggota tim ini saat itu.
Kecakapan Tito Karnavian dan Idham Aziz dalam mengungkap kasus terorisme dan beberapa rangkaian kejahatan sudah tidak diragukan lagi , bahkan di luar kasus terorisme sekalipun. Karena mereka tahu betul peta kejahatan, dan orang terlatih memahami segala metode penyelidikan kasus kejahatan.
Galak pada teroris, mungkin menjadi ungkap yang tidak berlebihan kita sematkan pada Jenderal berdua ini. Langkah mereka bukan menjadi penanda Islamopobia, karena secara kultur dan keseharian tidak ada Islamopobia di kalangan pejabat atau elitis.
Hal ini terbukti dengan ketaatan pada ajaran agama Islam bagi masing-masing individu. Baru-baru ini Tito Karnavian sempat menjadi trending topic twitter ketika jadi imam sholat Jumat di Masjid An-Nur yang berada di dalam lingkungan kantor Kemendagri, yang ternyata beberapa kali ia lakukan.
Ketika shalat Jumat, Tito yang memimpin salat terdengar melantunkan ayat Kursi pada rakaat pertama dan surat Al-Kafirun pada rakaat kedua. Tito membacakannya dengan lancar. Usai menjadi imam, juga sempat membaca doa singkat. Kedekatannya dengan para Kyai dan ulama tidak perlu pertanyakan, Ia adalah keturunan ulama Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini.
Sementara koleganya Idham Aziz, juga telah membangun komunikasi yang intens dengan Habib, Ulama, dan pesantren. Langkah ini sebagai legitimasi bahwa polisi dan umat Islam bersatu.
Pria kelahiran Kendari 30 Januari 1963 itu, dikenal sebagai seorang yang religius dan taat beragama. Bahkan saat memberikan pandangan tentang radikalisme, menurutnya upaya melawan paham radikalisme bukan berarti anti terhadap agama Islam.
Kegiatan melawan paham radikalisme adalah untuk orang atau kelompok tertentu yang memang menyebarkan paham radikalisme. Masalah radikalisme tidak identik dengan Islam. Radikalisme adalah menyangkut oknum atau kelompok.
Sebagai tokoh nasional, mereka berdua dikenal sebagai Jenderal Polisi berbintang empat yang progresif dan adaptif dengan kondisi bangsa dalam berbagai situasi. Tak kenal takut dan selalu bertindak berdasarkan kepentingan bangsa dan maslahat.
Jenderal Pol Idham Aziz memiliki sepak terjang yang tak perlu diragukan lagi. Sepak terjangnya di Polri kerap berhasil mengungkap sejumlah kasus besar yang menyedot perhatian publik. Kesuksesan menjaga kamtibmas pada perayaan natal 2019 dan pergantian tahun 2020 tidak lepas dari langkahnya sebagai sosok “Talk less do more” seolah menjadi prinsip yang melekat pada dirinya.
Proses pembentukan jiwa leadhership dua Jenderal ini telah ditempa dari berbagai aktivitas, ibarat sebuah bangunan, pengalamannya itu memperkokoh fondasinya sekarang. Mereka telah membuktikan, bahwa pengalaman itu berkontribusi besar mengantarkan di posisi saat ini.
Mereka juga berhasil menjadi tokoh nasional yang moncer, sekaligus menduduki jabatan strategis di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dibalik kesuksesan seorang pria, selalu ada sosok wanita hebat di baliknya. Itulah para Bhayangkari yang setia mendampingi. Istri Tito Karnavian dan Idham Aziz dikenal sebagai sosok agamis dan taat pada ajaran Islam, bagaimana tidak, keduanya sama-sama menggunakan hijab sebagaimana disyariatkan agama Islam.
Sebagai penutup, kisah sukses, perjuangan, dan kedekatan mereka berdua yang sempat viral , secara tidak langsung mengajarkan pada kita khususnya generasi milenial, bahwa proses tidak akan menghianati hasil. Dengan kerja keras dan sikap yang pantang menyerah dapat membuahkan hasil maksimal.