Dubes Heri Akhmadi
Internasional

Dubes Heri Buka Peluang Kerja Sama Indonesia – Jepang dalam Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus

Channel9.id-Tokyo. Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi menegaskan bahwa Indonesia siap bekerja sama dengan Jepang dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.

Hal itu disampaikan Dubes Heri saat menerima kunjungan Japan Barrier Free Project di KBRI  Tokyo, Rabu, 19 Maret 2025.

“Salah satu inisiatif Pemerintah Indonesia adalah kehadiran pendidikan inklusif. Dimana anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan dan bersekolah yang sama dengan anak-anak lain. Saat ini ada beberapa sekolah inklusif yang ada di Indonesia, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta,” ujarnya.

”Mari kita terus bekerja bersama, bergandengan tangan untuk membangun dunia yang lebih inklusif, di mana setiap individu dapat bersinar tanpa hambatan,” tambah Dubes Heri.

Program Japan Barrier Free Project adalah sebuah lembaga nirlaba Jepang yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk membuka kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat berperan aktif sebagai bagian dari masyarakat dan pengembangan masa depan mereka. berfokus pada program produksi dan promosi berbagai kegiatan terkait kehidupan sehari-hari para anak berkebutuhan khusus di Jepang. Program ini ditujukan agar masyarakat luas dapat ikut memahami rutinitas keseharian dan juga gagasan/pemikiran para anggota keluarga.

“Terima kasih atas keluangan waktu dari Dubes Heri yang menerima kami. KBRI Tokyo adalah Kedutaan ke-53 yang kami telah kunjungi untuk bertukar informasi. Kami berharap dapat berkunjung ke Indonesia untuk melihat langsung program inklusif di sekolah-sekolah di Indonesia,” kata President Japan Barrier Free Project, Bengt Yamada.

Kie Sugimura, ibu dari Yuzuru Sugimura (6 tahun), menceritakan pengalamannya sebagai seorang ibu dari anak berkebutuhan khusus.

“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan penerimaan dari KBRI Tokyo. Jujur saya sedih atas apa yang anak saya alami. Sejak masih di kandungan kami tidak tau apa penyebabnya. Saat lahir detak jantung sempat berhenti. Dokter pun memvonis usianya tidak akan lebih dari setahun dan akan mengalami kesulitan untuk bergerak. Sekarang anak saya sudah bisa berjalan meski harus gunakan tongkat. Sebagai orang tua melihat perubahan sampai sejauh ini merupakan sebuah keajaiban,” katanya.

Kie Sugimura mengamati bahwa Indonesia lebih dapat menerima anak-anak berkebutuhan khusus dengan hidup berdampingan dengan anak-anak lain. “Sementara di Jepang tampaknya belum terbiasa melihat orang yang berbeda. Ketika melihat ada orang yang berbeda mereka jadi khawatir. Itu yang saya rasakan,”ungkapnya.

“Program sekolah inklusif yang ada di Indonesia adalah pemikiran yang bagus karena anak-anak bisa hidup berdampingan dengan nyaman bersama anak-anak berkebutuhan khusus. Indonesia sangat hebat. Terima kasih kepada KBRI Tokyo dan Japan Barrier Free yang memberi kesempatan kepada kami untuk bertukar informasi. Kami akan terus berkontribusi untuk berbagai informasi ini kepada masyarakat Jepang” tambahnya.

Sementara itu, Shinsuke Nemoto, ayah dari Shunsuke Nemoto (4 tahun),menyebut siap bertukar informasi dan pengalaman menjadi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

“Setiap tahun kami menantikan tanggal ulang tahun anak kami dengan perasaan yang berbeda. Jujur saya tidak pernah membayangkan dianugerahkan anak berkebutuhan khusus. Jadi ketika dia lahir kami banyak dibantu para ahli yang memberikan banyak informasi. Bagi kami ini adalah takdir. Dan saya ingin membuatnya lebih berarti. Apabila ada yang membutuhkan saya siap memberikan informasi,” ujarnya.

Baca juga: Dubes Heri Resmikan Paviliun Indonesia di the 50th Foodex Japan 2025

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

52  +    =  61