Oleh: Fajar Sidiq Sukirnanto*
Channel9.id-Jakarta. Menata pameran pada ruang kecil tapi indah (small is beautiful), tidaklah mudah. Strategi dibutuhkan dalam pengalaman menata pameran seni dan menghadirkan, ke ruang publik. Ruang pameran adalah ajang eksistensi kreator untuk di kukuhkan, adalah tantangan ruang pamer yang memiliki kelebihan lekuk dan bidang jejak visual mudah hilang di dalam bidang dan dinding kosong. Elemen dan karakter interior sebaiknya dibaca cermat dengan menundukkan pada karya-karya seni yang bernas. Karya tidak hanya hadir memenuhi ruang sebagai elemen visual saja tapi dimensi yang tersembunyi pada kekuatan karya seni harus menyatu dan tarik menarik. Garis maya akan mengganggu konsentrasi melihat lukisan. Ruang adalah kenyataan bagaimana bentuk dan ide dan gagasan diterjemahkan menjadi kekuatan energi kreator di tempatkan,s alah sedikit peletakan mengganggu nilai estetika yang menjadi kekuatan penuh seorang kreator. Dimensi dan daya kreativitas kreator ditantang untuk dapat menunduk bidang bidang, garis-garis maya yang mengganggu mata karena dibatasi tempat art space yang bukan peruntukan sebagai ruang pameran seni rupa.
Bangunan kepercayaan eksistensi perupa memasuki alam kesenian, ketika kreatifitas menjadi ungkapan perjalanan Giri Basuki di mana unsur-unsur dan dinamika citraaan adalah kehadiran proses kreatif yang perlu di perhitungkan. Melihat daya seni menterjemahkan ide gagasan dalam torehan di atas kanvas, dalam medium varibelnya melihat unsur temuan objek dan benda baik itu elemen ready made dan found object distabilkan kekuatan visual yang non konvensional. Gairah menorehkan jejak sapuan kuasnya dari unsur imajiner dan bungkus narasi futuristik nya ada geksture lanskap simbolik, horizon, dan cakrawala, yang dengan lugas berbicara tentang peradaban dan bacaan isu nasional, global yang menjadi senjata pamungkas memasuki atmosfer perubahan iklim dan issue sosial politik yang melanda dunia sejak pandemi. Persinggungan ini dikritisi melalui wujud narasi simboliknya peran simbol yang menonjol dengan gambaran amuk dan siklus metaphore kehidupan gejala perlambang kunci dan tangan mewakili peradaban sains dan tekhnologi. Beberapa guratan tehnik pisau palet yang didominasi unsur gold dan black merujuk pola jangre art deco berbalut yang sublim dan liar, kita dibawa keliaran dialog imajiner pada bangunan semesta (spasio temporal). Citraan yang berkeliaran adalah wajah ekspresi yang muram dengan memoribilia yang syahdu pada kanvas yang lain warna-warna yang lembut, psikologi warna dari candy colours membuat bentukan itu di Frozen– kan. Pengalaman indra pada garis horizontal dan vertikal jalan line cross, jejak rekam visual pada fenomena bumi dan langit, begitu torehan garis liris sebagai gambaran pribadi yang tampak begitu elegant berbicara. Narasi ini seperti membongkar pengetahuan untuk membaca pikiran penciptanya, banyak pesan tersembunyi yang terselipkan dalam gambaran-perlambang.
Baca juga: Renaitre Giri Basuki
Ketika mata ketiga menjadi alasan bentuk elemen estetik digoreskan, kita belajar mengenal citraan, kembali kehadiran narasi dan pesan humanisme yang menjadi jiwanya kreator tanpa medium yang berjarak dari peristiwa, bukan saja membongkar nilai-nilai yang terkandung sebagai makna juga nalar yang dihidupkan mewakili ekspresi itu adalah kelengkapan kreatifitas tumbuh dan berkembang, mengalir dalam dinamika seni budaya yang menjadi spiritnya akar rumput yang kokoh dari persepsi yang berbeda daya juang dan dedikasi, seperti seni diperuntukkan untuk menghaluskan budi pekerti dan jiwa manusia di iklim perubahan zaman, mental manusia yang terpuruk, kita kehilangan jiwa-jiwa, jauh di bawah kesadaran mental dari kesadaran hakiki dan nilai nurani tak lagi berbekas. Peradaban adalah jalan keluar membentuk piramida tegak di mana nilai kebudayaan berada dipuncak pemikiran. Seniman adalah agen perubahan jaman.
Dalam karya yang lain medium non konvensional seperti, sepeda, papan seluncur (sky ice) yang di jadikan olahan estetik dengan bahasa baru, kecenderungan new media art yang kini mendapat panggung istimewa ketika mendapat sentuhan rupa-rupa seni kekinian, kreator berupa meletakkan itu berstrategi pada elemen interior yang berlekuk itu terutama sudut-sudut kaca yang akan diinstall dengan rupa instalasi seni provokatif dari kekuatan bidang maya berlekuk di ruang pamer, begitu sepeda dan papan seluncur imaji sesuatu yang bergerak medan gravitasi bumi dan mekanik dari unsur fisika dan matematika dalam melihat sisi pengetahuan didekatkan dengan karya seni. Kolaborasi medium ini dengan semangat eksplorasi medium yang handal terkadang kita melupakan objek temuan yang bisa dikreasikan menjadi perwujudan nilai seni, hanya tangan kreatif lah bentuk itu memiliki nilai estetika yang fantastis dan kenakalan imajinasi dan kreatifitas yang bisa diandalkan.
Sejauh kita melihat karya seni dalam pameran seni, art project Giri Basuki mewakili ciptaannya yang bernas, suguhan bentuk kreatifitas yang beraneka kita memandang berapi pentingnya nilai kehadiran dalam siklus seni rupa dari periode perupa Jakarta dan kejelasan memaparkan ide gagasannya dengan ekplorasi medium varibelnya mencoba menawarkan bacaan dengan persepsi yang berbeda dari migrasi benda benda dan unsur nilai yang terkandung dalam bungkus seni.
Perjalanan kreatifitas kreator memasuki alam berkesenian, bacaan visual ihwal narasi simbolik dan perwujudan ilmu pengetahuan dari persembahan pameran seni Giri Basuki. Kembali ke narasi para filsuf dan cermin dialog personal adalah tanda dan penanda. Jiwa-jiwa dilekatkan dan anasir garis ditundukkan bidang dan warna sebagai suguhan simfoni kehidupan. Gambaran manusia dari kehidupan siklus kebudayaan dan kehidupan masih terus bergulir, dan kita semua mencoba memaknai dengan seni. Kita hadir di tengah-tengah kita dekat ini, selamat berpameran, semoga keindahan itu dapat meneduhkan jiwa-jiwa yang hilang dari berkelidan perubahan zaman, dirimu tercacat sebagai agen perubahan dan semesta adalah kunci narasi itu dikutip.
Selamat berpameran di IFI (Institut Francis Indonesia) di Jakarta
*Kurator dan Sejarahwan Seni