Internasional

Empat Mahasiswa Asia Tenggara Bicara Pandemi Covid-19

Channel9.id Jakarta. Mahasiswa University of Malaya, Malaysia, Lim Seek Tian menyatakan, Malaysia telah menerapkan kebijakan lockdown demi memutus penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut melibatkan polisi dan tentara untuk mencegah masyarakat berpergian dan tetap di rumah.

“Rumah saya terletak di wilayah zona merah. Saya hanya bisa keluar rumah dengan radius jarak 10 km. itu pun jika terdapat keperluan mendesak.” ungkap Tian, Rabu (22/4).

Hal itu itu diungkapkan Tian dalam diskusi daring internasional bertajuk “Asia Tenggara Melawan Pandemi” yang diadakan Komisariat PMII UNJ, Rabu (23/4).

Selain mahasiswa Malaysia, hadir tiga mahasiswa dari negara berbeda di kawasan Asia Tenggara yaitu Samantha Loraine (University of Bohol, Filipina), Chanchem Vichny (Paragon International University, Kamboja), dan Khairi Fuady (Paramadina University, Indonesia).

Tian menyatakan, kebijakan lockdown membuat masyarakat bekerja di rumah.

“Semuanya bekerja dari rumah, sebab hampir seluruh perkantoran tutup. Termasuk tukang cukur. Bahkan, masyarakat pernah meminta pemerintah membuka tempat-tempat untuk bercukur, tapi tetap saja tidak di tanggapi.” sambung Tian.

Tak hanya Malaysia, Samanta menjelaskan, Filipina pun menerapkan lockdown.

“Lockdown dilakukan pemerintah Filipina karena negara ini merupakan salah satu negara paling rawan penyebaran covid-19,” kata Samantha.

Samantha pun menyatakan, meski kasus terus bertambah, angka kesembuhan lebih tinggi daripada kematian.

“Kuncinya adalah ketersediaan alat medis. Di Filipina, warga bersama-sama mengumpulkan alat-alat seperti sarung tangan, APD, dan lain-lain.” ungkap Samantha.

Kamboja pun berencana menerapkan lockdown secara menyeluruh. Sebelum rencana tersebut dilakukan, pemerintah Kamboja sudah melakukan sejumlah pencegahan seperti membatasi akses keluar masuk perbatasan, titik-titik keramaian sudah ditutup, dan larangan untuk berkumpul.

“Disini pemerintah pusat memang belum mengumumkan lockdown secara nasional. Namun, pemerintah sudah menjamin intensif bagi sektor-sektor yang terkena dampak akibat pandemi ini.” ucap Vichny.

Di sisi lain, Mahasiswa dari Indonesia Khairi menilai, pandemi Covid-19 merubah gaya hidup sebagian besar umat manusia menjadi lebih sehat dan higienis.

Selain itu, Khairi menyoroti perubahan ibadah umat Islam di masa pandemi Covid-19.

“Kami muslim di Indonesia dan dunia, harus beribadah di rumah. Trawih di rumah, membaca Qur’an di rumah. Tidak ada lagi perayaan Ramadhan seperti biasa,” katanya.

Menurut Khairi, berdiam di rumah, menjaga kesehatan, dan mengikuti imbauan pemerintah adalah hal yang paling realistik untuk memutus penyebaran Covid-19.

“Banyak hal yang dapat kita lakukan seperti mengasah soft skill, menghabiskan bacaan buku, berolahraga rutin, atau bahkan mengerjakan tugas-tugas akhir bagi para mahasiswa,” kata Khairi.

Ketua Komisariat PMII UNJ Farhan Nugraha berharap kegiatan sederhana ini menjadi sinyal bahwa Asia Tenggara belum hancur.

“Diskusi hari ini, yang dihadiri beberapa pemuda dari berbagai negara Asia Tenggara, saya harap menjadi sinyal persatuan. Kita saling mengabari, saling berbagi, dan terpenting kita saling menguatkan. Pandemi ini harus kita hadapi secara kolektif.” pungkas Farhan.

(Hendrik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  54  =  62