Facebook Tak Lagi Hapus Informasi Soal COVID-19 Diciptakan Manusia
Techno

Facebook Tak Lagi Hapus Informasi Soal COVID-19 Diciptakan Manusia

Channel9.id-Jakarta. Facebook tak akan lagi menghapus informasi yang menyebutkan bahwa COVID-19 diciptakan manusia.

Juru bicara Facebook mengatakan bahwa perusahaan mengubah kebijakan itu lantaran tengah fokus pada asal-usul virus, termasuk perintah dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kepada badan intelijen untuk menyelidiki hipotesis yang menyebutkan adanya kebocoran laboratorium.

“Perubahan kebijakan Facebook dibuat dalam konsultasi dengan pakar kesehatan masyarakat,” ujar dia, dikutip dari The Verge (26/5).

Sementara itu, kebijakan jejaring sosial mengamanatkan penghapusan klaim palsu dan teori konspirasi tentang virus.

Diketahui, misinformasi kerap beredar di Facebook, termasuk saat krisis Ebola pada 2014. Perusahaan mendapat tekanan dari anggota parlemen untuk membereskan masalah ini. Di awal pandemi COVID-19, hoaks berbahaya—yang menyatakan bahwa meminum cairan pemutih bisa mengatasi virus Corona, misalnya– beredar luas di Facebook dan dibagikan ribuan kali. Padahal sebelumnya pada Januari 2020, Facebook mengumumkan akan menangani misinformasi terkait virus Corona di platform mereka ke depannya.

Meski begitu, sejak itu, Facebook memperbarui daftar pernyataannya dengan menghapus sejumlah poin, demi menyertakan propaganda antivaksinasi. Selain itu, untuk mencoba membendung gelombang misinfromasi, perusahaan membuat pemberitahuan di platformnya dari mana informasi tentang vaksin didapat. Upaya ini ditujukan untuk menunjukkan kepada pengguna, apakah informasi yang mereka dapat kredibel atau tidak.

Sebelumnya, Biden merilis pernyataan yang mengatakan bahwa komunitas intelijen percaya ada dua skenario: virus mulai menyebar ketika manusia berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi atau kecelakaan laboratorium. Namun, sebagian besar komunitas intelijen belum menemukan cukup bukti untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin.

Adapun perbincangan soal kemungkinan “kebocoran laboratorium” telah menimbulkan kekhawatiran akan kebencian anti-Asia. Wacana anti-Asia diketahui meningkat sejak awal pandemi, yang dipicu oleh penggunaan istilah-istilah seperti “virus Cina” dan “kung flu” oleh mantan Presiden AS Donald Trump.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  4  =