Channel9.id, Jakarta – Visi Indonesia untuk meraih swasembada pangan dalam komando Presiden Prabowo Subianto telah menjadi prioritas utama. Predikat swasembada pangan tersebut sebenarnya dapat disematkan apabila suatu negara dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya minimal 90 persen dari produksi dalam negeri.
Menteri Pertanian (Mentan)/Kepala Badan Pangan Nasional (Kepala Bapanas) Andi Amran Sulaiman mengatakan swasembada pangan di Indonesia itu dapat terlihat dari transformasi pemenuhan kebutuhan konsumsi. Misalnya, dahulu Indonesia terhadap suatu komoditas pangan masih harus ada impor. Namun saat ini telah bertransformasi dengan mengandalkan produksi dari petani sendiri dan bahkan mampu ekspor.
“5 tahun terakhir, kita sudah swasembada, hanya beritanya yang kurang. Dulu kita impor bawang merah. Sekarang ini bisa ekspor. Dulu juga ayam begitu, kita sudah ekspor sekarang. Lalu telur, sudah ekspor. Ini semua pangan pokok kita,” ungkap Amran saat memberikan pemaparan dalam Town Hall Meeting Capaian Kinerja 1 Tahun Kementerian Koordinator Bidang Pangan di Jakarta pada Selasa (21/10/2025).
“Kemudian minyak goreng, itu kita sudah ekspor. Kita produsen terbesar dunia. Kemudian insya Allah, selanjutnya beras dan jagung bisa menyusul ekspor. Kalau kedelai, kita program tahun depan. Jadi satu-satu swasembada pangan, kita selesaikan,” sambung Amran.
Adapun dalam Proyeksi Neraca Pangan Nasional yang disusun Bapanas bersama kementerian/lembaga yang terkait, terdapat beberapa komoditas pangan pokok strategis yang mempunyai tingkat ketercukupan yang baik. Per 2 Oktober, pangan pokok yang memiliki surplus produksi terhadap kebutuhan konsumsi antara lain beras, jagung, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam.
Rinciannya antara lain beras dengan kebutuhan konsumsi setahun 30,97 juta ton diproyeksikan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri setahun yang dapat mencapai 34,34 juta ton. Sementara jagung setahun dibutuhkan 15,7 juta ton dengan proyeksi produksi setahun 16,68 juta ton.
Untuk bawang merah memiliki produksi setahun 1,35 juta ton dengan kebutuhan konsumsi setahun 1,18 juta ton. Realisasi ekspor sampai Agustus telah ada 159 ton dengan dilanjutkan rencana ekspor September-Desember sekitar 4,9 ribu ton.
Kemudian untuk cabai, yakni cabai besar dan cabai rawit, produksi setahunnya masing-masing dapat berada hingga 1,46 juta ton dan 1,68 juta ton. Sementara kebutuhan setahun berada di kisaran 876,9 ribu sampai 958,5 ribu ton.
Pada komoditas daging ayam, produksi selama setahun diestimasikan 4,26 juta ton dan melebihi kebutuhan setahun yang 3,86 juta ton. Sementara telur ayam diperkirakan produksi dalam negeri di 2025 dapat mencapai 6,51 juta ton dengan kebutuhan konsumsi setahun di angka 6,22 juta ton.
Mentan/Kepala Bapanas Amran menambahkan penjelasannya tentang pencapaian swasembada beras Indonesia. Menurutnya, data proyeksi dari lembaga internasional seperti Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) mendukung peningkatan produksi beras Indonesia di tahun 2025 ini.
“Beras kita, itu insya Allah swasembada. Ini produksinya meningkat. Bukan kata saya. Ini kata dunia, FAO. Kita gunakan data orang, karena biasanya orang lebih percaya. Ini FAO, kita peningkatan produksi beras terbesar nomor 2 dunia. Sebentar lagi nomor 1. Doakan. Kenaikannya,” ujar Amran.
Adapun salah satu torehan positif pada era pemerintahan Presiden Prabowo adalah dengan ditempatkannya Indonesia menjadi negara ke-4 sebagai produsen beras terbesar sedunia. Ini dilaporkan dalam Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan oleh FAO Juni ini.
Disebutkan pula, perkiraan produksi beras Indonesia pada periode 2025/2026 dapat mencapai 35,6 juta ton. Sementara negara produsen beras terbesar yang pertama adalah India dengan 146,6 juta ton. Lalu Tiongkok 143 juta ton dan di tempat ketiga adalah Bangladesh dengan 40,7 juta ton.
Akan tetapi dibandingkan 3 negara tersebut, Indonesia mencatatkan perkembangan produksi yang paling eksponensial terhadap periode sebelumnya, yakni 4,5 persen. Peningkatan produksi beras tersebut menempatkan Indonesia berada di urutan ke-2 dunia setelah Brasil.
“Kemudian yang kedua adalah, ini dari United States Department of Agriculture (USDA). Kita diramal di April bahwa bisa 34 juta ton. Itu angkanya pas. Luar biasa. Ramalan kita, insya Allah 2025 ini karena tinggal 1 bulan lagi, itu pas. Indonesia bisa karena kebijakan Bapak Presiden dan kehebatan Menko Pangan. Apalagi arahan Bapak Presiden adalah ekonomi Pancasila dan itu yang benar,” pungkasnya.