Channel9.id, Jakarta. Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%–3,75% pada Rabu (10/12/2025) waktu setempat. Ini menjadi pemangkasan ketiga secara beruntun sepanjang tahun 2025, sekaligus membawa suku bunga acuan ke level terendah sejak Oktober 2022.
Namun, di balik keputusan pelonggaran tersebut, sinyal yang muncul bukanlah kepastian arah kebijakan, melainkan semakin lebarnya spektrum pandangan di internal bank sentral.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa meski inflasi telah melandai jauh dari puncaknya pada pertengahan 2022, posisinya masih berada di atas target jangka panjang 2%. Ia juga mengingatkan bahwa data resmi inflasi dan ketenagakerjaan masih sangat terbatas akibat penutupan sebagian pemerintahan federal pada Oktober–November.
Minimnya data terbaru membuat The Fed beroperasi di ruang yang serba tidak pasti. Kondisi ini memicu perdebatan internal mengenai seberapa ketat kebijakan saat ini dan apakah ruang pemangkasan lebih lanjut masih terbuka. Beberapa pejabat menilai suku bunga sudah berada di zona netral yang tidak menahan maupun mendorong pertumbuhan, sementara kelompok lain khawatir penurunan tambahan berpotensi mengembalikan tekanan harga.
Proyeksi ekonomi terbaru mencerminkan perpecahan itu. The Fed memperkirakan hanya satu pemangkasan suku bunga pada 2026 dan satu lagi pada 2027, tetapi pandangannya sangat terbelah: tujuh pejabat ingin mempertahankan suku bunga sepanjang 2026, sedangkan delapan mendukung sedikitnya dua penurunan.
Pada saat yang sama, proyeksi pertumbuhan untuk 2026 direvisi naik menjadi 2,3%, sementara inflasi diperkirakan turun menjadi 2,4%.
Pelaku pasar sebelumnya hampir yakin—dengan probabilitas mencapai 87,6%—bahwa pemangkasan ketiga akan terjadi pada pertemuan Desember. Namun, tren pelonggaran setelah ini justru semakin diragukan. Setelah dua kali penurunan pada musim gugur dan total penurunan 1,5% dalam 15 bulan terakhir, sebagian pejabat menilai langkah tambahan bisa membawa suku bunga terlalu dekat dengan level yang mendorong aktivitas ekonomi, sesuatu yang ingin mereka hindari.
Ketidakpastian ini diperkirakan akan membayangi pertemuan-pertemuan The Fed sepanjang awal 2026. Menurut Kepala Ekonom KPMG Diane Swonk, Powell tidak berada dalam posisi untuk memberikan sinyal yang solid mengenai langkah berikutnya.
“Powell harus mewakili pandangan yang sangat berseberangan di antara para pejabat, dan itu bukan pesan yang mudah disampaikan,” ujarnya. Minimnya data ekonomi yang valid membuat tugas tersebut kian sulit.
Dengan demikian, meskipun pasar menyambut pemangkasan suku bunga Desember, ketidakpastian mengenai arah kebijakan pada tahun depan justru makin kuat—dan perpecahan di tubuh The Fed menjadi faktor kunci yang perlu diamati investor global.





