Channel9.id – Jakarta. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar Diskusi Publik bertajuk ‘Peran Media dalam Peringatan Dini Bencana’ di Aula Maftuhah Yusuf, UNJ, Jakarta Timur, Senin (9/10/2023). Dalam kegiatan ini, UNJ bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Yayasan Nusantara Mandiri Hijau (Nusahima), dan PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek).
Dalam sambutannya, Direktur Peringatan Dini BNPB, Ir. Afrial Rosya menyampaikan bahwa media memiliki peran yang sangat krusial dalam menyelenggarakan sistem peringatan bencana berbasis masyarakat.
“Dalam keterbukaan informasi saat ini, media baik elektronik, cetak, termasuk media sosial, diharapkan dapat secara terus menerus mengedukasi dan mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap ancaman yang ada,” ujarnya.
Menurutnya, media berperan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait karakteristik ancaman bahaya. Ia juga berharap media mampu menjadi sarana yang efektif untuk membantu percepatan diseminasi peringatan dini bencana.
“Ingatlah bahwa peran media dalam penanggulangan bencana sangat penting yang tidak hanya sekedar mengabarkan kejadian bencana. Media dapat memainkan peran yang lebih efektif dengan edukasi, sosialisasi, literasi bencana, sumber informasi, komunikasi resiko, dan lain-lain, dalam upaya penanggulangan bencana yang lebih cepat, tepat, dan terpadu,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Nusahima, Yayah Ruchyati menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak UNJ karena bersedia bekerja sama untuk menyelenggarakan diskusi kali ini.
Sebab, kata Yayah, tujuan Nusahima dalam acara ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, termasuk para mahasiswa, tentang peringatan dini bencana.
Lebih lanjut, menurut Yayah, media tidak hanya berperan untuk menginformasikan peringatan dini bencana. Tetapi, lanjutnya, media juga berperan untuk mengedukasi masyarakat tentang kemungkinan terburuk dari suatu bencana.
“Peran media bukan hanya dalam , tapi yang paling penting adalah media menyiapkan kondisi terburuk pada saat bencana dalam penyiaran berita dan penyebaran informasi peringatan dini kepada masyarakat,” tuturnya.
Sambutan juga datang dari pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Ketua KPI Pusat, Ubaidillah menyampaikan bahwa bencana tidak dapat dihindari, terlebih kondisi geografis Indonesia yang berada di wilayah cincin api atau ring of fire.
Maka dari itu, media memiliki peran penting untuk memberikan peringatan dini bencana kepada masyarakat.
“Tentunya, media sebagai media yang memberikan informasi ke publik, punya andil, punya kewajiban melalui program siaran, iklan layanan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Ubaidillah, media penyiaran harus bisa menyampaikan ke publik, bagaimana peringatan dini itu diberikan.
“Untuk itu kami mengharapkan kepada media penyiaran untuk bersama-sama mengedukasi masyarakat dalam rangka menuju masyarakat sadar bencana, masyarakat tangguh bencana,” tuturnya.
Dari pihak UNJ, Kepala Kantor Humas dan Informasi Publik UNJ Heryanti Utami mengaku merasa terhormat dengan adanya diskusi publik ini. Sebab, dengan adanya kegiatan ini, Humas UNJ diajak untuk bergerak bersama membangun media yang dapat memperingati masyarakat luas terkait peringatan bencana.
“Karena media menjadi salah satu pilar utama informasi yang ada di masyarakat, maka peran media elektronik menjadi sangat erat kaitannya dengan peringatan bencana,” ujar Heryanti.
Baginya, media memiliki peran penting untuk mengenali resiko bencana dan kemudian disebarkan kepada masyarakat.
“Sehingga tidak terjadi sesuatu yang berakibat fatal yang memakan korban yang banyak,” tutur Heryanti.
Dalam acara ini, Rektor UNJ Prof. Komarudin sebagai pembicara kunci menyampaikan bahwa bencana yang terjadi saat ini bukan hanya bencana alam, tetapi juga bencana sosial. Ia mencontohkan bencana-bencana sosial yang terjadi saat ini yaitu kerusuhan sosial, perang antar kampung, maupun perang-perang tertentu yang disebabkan isu SARA.
Menurutnya, bencana sosial ini harus dicegah dan perlu dibentuk sistem peringatan dini.
“Penting ada peringatan dini sehingga tidak ada korban yang luar biasa banyaknya. Karena itu biasanya ada tendensi tertentu, misalnya perang Dayak dan Madura, itu kan bukan hanya ratusan, tapi ribuan,” jelas Prof. Komarudin.
“Kalau ada peringatan dini, luar biasa, sehingga bisa tercegah resiko yang lebih besar,” sambungnya.
Dalam hal ini, lanjut Prof. Komarudin, perlu adanya sebuah kementerian, lembaga, maupun institusi yang berwenang untuk memberikan petingatan dini melalui media sosial kepada masyarakat.
“Menurut kami, lembaga ini harus diatur, siapa yang berwenang mengeluarkan informasi itu sebagai peringatan dini. Sehingga tidak sembarang lembaga mengeluarkan, atau kalau bisa malah jangan mengeluarkan berita-berita yang membuat orang takut. Sehingga fungsi lembaga-lembaga ini penting,” ujarnya.
Selain kelembagaan, Prof. Komarudin juga mengatakan fungsi validasi kebenaran informasi juga penting. Menurutnya, perlu ada lembaga yang dapat menyortir informasi valid yang berkembang di masyarakat.
“Jadi kalau ada lembaga yang menyortir berita ini valid atau tidak, itu bagus sekali, tidak hanya terhadap yang siaran di televisi, tetapi juga informasi yang berkembang di masyarakat,” tuturnya.
Terlebih lagi, kata Prof. Komarudin, masyarakat saat ini tidak lagi hanya menjadi konsumen berita, tetapi juga dapat memproduksi berita, atau yang dikenal dengan istilah ‘jurnalisme warga’.
“Hal-hal seperti itu saya rasa harus dicegah. Siapa yang mencegah, ini juga penting. Jadi fungsi-fungsi untuk mencegah, menyortir, ini penting,” jelas Prof. Komarudin.
Lebih lanjut, Prof. Komarudin menyatakan UNJ siap untuk membantu pemerintah dalam memberikan peringatan dini bencana kepada masyarakat luas.
Baca juga: Mahasiswa UNJ Borong Juara Umum di Invitasi Olahraga Mahasiswa Nasional 2023
“UNJ sebagai institusi pendidikan, kami akan siap membantu, apa keinginan dari pemerintah, dari lembaga-lembaga yang memiliki peran penting di dalam peringatan dini. Insya Allah, Humas kita akan membantu,” pungkas Prof. Komarudin.
HT