Channel9.id-Jakarta. Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan penurunan giro wajib minimum (GWM) rupiah yang dilakukan bank sentral bermanfaat untuk menambah likuiditas di pasar surat berharga negara (SBN). “Penurunan GWM yang seharusnya menambah likuiditas perbankan, sepertinya akan dimanfaatkan untuk menjaga likuiditas secara tidak langsung di pasar obligasi,” kata dia, Selasa, 14 April 2020.
Satria mengatakan penurunan kembali GWM itu lebih efektif untuk memperkuat pasar obligasi pemerintah, karena perbankan dalam kondisi saat ini masih menahan laju pertumbuhan kredit.
“Di saat risk-off karena Covid-19 seperti ini, bank-bank pasti akan fokus pada kualitas aset dan bukan pertumbuhan kredit,” ujarnya.
Pemerintah lebih membutuhkan adanya pembiayaan tersebut untuk mendukung berbagai program penanganan Covid-19 yang diestimasikan bisa mencapai kisaran Rp1.000 triliun. Apalagi situasi global yang belum stabil masih mempengaruhi kondisi pembiayaan, yang terlihat dari minimnya jumlah penawaran untuk lelang surat utang negara (SUN) rutin pada Selasa, 14 April 2020.
“Pasar masih tidak stabil kedepannya, banyak data-data yang akan keluar dan bisa mengubah sentimen global. Data PDB Tiongkok kuartal satu akan keluar 17 April dan PDB AS di 29 April,” ujar Satria.
Bank Indonesia kembali menurunkan GWM rupiah untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah atau unit usaha syariah mulai 1 Mei 2020. Penurunan GWM rupiah masing-masing sebesar 200 basis poin untuk bank umum konvensional dan 50 basis poin untuk bank umum syariah atau unit usaha syariah ini akan menambah likuiditas Rp102 triliun.