Channel9.id-Jakarta. Wafatnya Presiden ketiga RI, BJ Habibie tidak hanya memberikan rasa duka. Kematian itu juga membangkitkan kenangan tentang sosok pria cerdas yang dikenal amat mencintai istrinya, Ainun Hasri, yang telah lebih dulu berpulang sembilan tahun silam.
Habibie mengenal Ainun pertama kali saat sekolah di Bandung. Rumah mereka berdekatan, sekolah mereka pun sama. Hanya berbeda satu angkatan, Ainun adalah adik kelas Habibie.
Habibie mengaku, awalnya ia tidak tertarik dengan Ainun. Ia bahkan pernah menyebut Ainun gendut dan hitam. Habibie kecil pun menjuluki Ainun dengan gula jawa, karena kulitnya yang sawo matang.

Ainun saat itu menjadi primadona, banyak lelaki yang naksir padanya. Habibie menceritakan, saat itu laki-laki yang tertarik pada Ainun kebanyakan dari kalangan berada. Sementara Habibie merasa dari kalangan biasa. Ibunya yang harus berjuang menghidupi empat anak sejak suaminya meninggal pada saat Habibie berusia 12 tahun.
“Kalau pun saya naksir (saat itu), belum tentu dia mau,” ujar Habibie kepada Rosiana Silalahi saat menjadi tamu istimewa dalam acara “Rosi Spesial Kemerdekaan: Habibie, Kemerdekaan dan Cinta” di Kompas TV pada 17 Agustus 2017.
Pada saat itu, guru di sekolah seringkali menjodoh-jodohkan
Habibie dan Ainun karena keduanya berotak encer. Guru tersebut pun kerap
mengatakan jika Habibie dan Ainun menikah pasti memiliki anak-anak yang juga
cerdas.
Hubungan Habibie kecil
dan ayah Ainun cukup dekat. Ia seringkali dating kepada ayah Ainun karena
memiliki banyak pertanyaan. “Bapaknya Ainun pintar banget,” pujinya.
Lulus dari Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Dago, Habibie meneruskan kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.
Karena cerdas, ia lulus dari ITB hanya dalam satu tahun. Pada tahun 1955-1965, Habibie melanjutkan kuliah di Jerman Barat, sementara Ainun kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Satu dasawarsa Habibie dan Ainun hilang kontak.
Baru pada Januari 1962 ia mendapat cuti dua bulan yang dimanfaatkannya untuk pulang kampung. Ia mengunjungi makam ayahnya di Makassar.
Diantar adiknya, Junus Effendy, Habibie berkunjung ke rumah keluarga Besari di Bandung. Ternyata kunjungan Habibie berbarengan dengan pulang kampungnya Ainun lantaran sakit. Ainun yang lulus dari Fakultas Kedokteran UI pada 1961 kala itu sudah bekerja sebagai dokter di Jakarta.
Saat pertama kali melihat Ainun kembali itu, Habibie langsung jatuh hati. Dia pun langsung bergerak cepat karena tidak punya banyak kesempatan. Cintanya pun berbalas. Keduanya selalu mengusahakan untuk saling bertemu. Habibie kerap menjemput Ainun di tempat kerjanya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tidak menunggu waktu lama, pada 12 Mei 1962, Habibie dan Ainun melangsungkan pernikahan. Setelah itu mereka pindah ke Jerman dan memulai hidup dari nol. Mereka tinggal di rumah susun di luar Aachen, Jerman.
Dalam keterbatasan finansial itu, anak pertama mereka lahir pada 1963. Empat tahun berselang, menyusul lahir anak kedua. Habibie-Ainun terus menjalani keseharian dengan bahagia bersama dua buah hati di Jerman hingga Soeharti memanggilnya untuk kembali ke Indonesia pada 1974.
Saat Habibie menjalani tugasnya di Indonesia, Ainun selalu setia mendampingi dan mendukung sang suami. Namun, kisah cinta Habibie-Ainun akhirnya berakhir pada 22 Mei 2010 karena kanker ovarium merenggut nyawa Ainun.
Habibie yang sangat mencintai istrinya, lalu meluncurkan buku buku Habibie & Ainun pada November tahun itu juga. Buku ini mengisahkan 48 tahun perjalanan cinta mereka. Romansa cinta keduanya bahkan difilmkan oleh MD Pictures pada 2012 dengan Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari sebagai pemeran Habibie dan Ainun.
Pada Najwa Shihab di acara Mata Najwa bulan Juni 2016, Habibie mengatakan sebelumnya Ainun meninggal, ia merasa takut dengan kematian. Pasalnya, ia takut taka da yang bisa menjaga Ainun. Namun, sepeninggal Ainun, ia tak lagi takut mati.

Bahkan, ia kerap membayangkan bagaimana nanti pertemuannya di “kehidupan lain” dengan Ainun. Habibie berandai, Ainun termasuk orang-orang yang pertama menyambutnya di “dimensi lain” itu.
“Andaikata saya sampai waktunya dipanggil, saya masuk ke dalam dimensi dalam keadaan… Ainun, ya saya tahu yang akan menemui saya pertama kali bukan ibu saya saja dan keluarga, tapi Ainun juga,” kata Habibie.
“‘Hei, kamu sekarang di sini, ya’,” lanjut Habibie seraya tertawa, menirukan kalimat yang kira-kira akan dilontarkan Ainun.
Kini, Habibie telah menyusul cinta sejatinya, si gula jawa. Selamat jalan Pak Habibie, selamat menemui cinta sejati.