Channel9.id-Jakarta. Komisi Persaingan di India mendenda Google sekitar $161,9 juta (sekitar Rp2,5 triliun). Alasannya, Google telah menyalahgunakan kendalinya atas Android sehingga menghambat persaingan.
Diketahui, Google menciptakan kondisi tak adil di mana ponsel harus menginstal aplikasi perusahaannya. Ini terlampir di laman kesepakatannya. Hal ini pada gilirannya menggeser perusahaan Android lain, yang tak bergantung pada layanan Google.
Komisi Persaingan di India juga menuturkan bahwa Google menggunakan “posisi dominannya” untuk menekan pesaing dalam pencarian, toko aplikasi, browser web, dan layanan video. Selama ini, Google mengharuskan ponsel memasang Play Store dan menyertakan aplikasi seperti Chrome dan YouTube sebagai aplikasi bawaan. Penempatan aplikasi tersebut juga seringkali menonjol di beranda.
Kendati pengguna bisa menginstal aplikasi alternatif seperti Firefox dan Vimeo, namun tetap saja aplikasi ini bukan bawaan. Merek Android bisa saja menggunakan Android Open Source Project (AOSP) jika ingin lebih fleksibel. Namun, pada prosesnya, merek tersebut benar-benar kehilangan akses ke Play Store.
Adapun regulator di India sudah mengeluarkan perintah untuk melarang Google memasang aplikasinya sebagai aplikasi bawaan. Produsen Android harus diberi pilihan aplikasi mana yang mereka inginkan. Google juga dilarang mengiming-imingi penawaran eksklusif.
Sementara itu, pengguna harus punya opsi untuk memilih mesin pencarian. Pun dibolehkan untuk tak memasang aplikasi Google yang tak mereka inginkan.
Sebagai informasi, penyelidikan mengenai penyalahgunaan Google itu sudah dilakukan sejak 2019. Namun, belum dipastikan bahwa Google telah menyalahgunakan dominasinya hingga September 2021.
Engadget menilai bahwa $161,9 juta (sekitar Rp2,5 triliun) merupakan denda kecil untuk Google—yang menghasilkan sekitar $257,6 miliar (sekitar Rp4.026 triliun) pada tahun lalu. Namun, yang pasti, perintah regulator India itu akan mengubah kesepakatannya dengan produsen Android. Adapun perintah ini merupakan efek domino dari Korea Selatan, Uni Eropa, dan lainnya yang menuntut perubahan serupa. Google sendiri sejatinya tak bisa mengabaikan India, sebab India merupakan pasar ponsel terbesar kedua di dunia dengan sekitar 606,6 juta pengguna. Perintah regulator India itu bakal memengaruhi keuntungan Google.