Ekbis

Harga Beras Turun, Pemerintah Klaim Operasi Pasar Efektif Tekan Inflasi Pangan

Channel9.id, Jakarta – Harga beras medium di tingkat konsumen menunjukkan tren penurunan secara nasional sepanjang pekan lalu. Pemerintah pun menyebut langkah intervensi pasar yang digerakkan serentak terbukti efektif menekan gejolak harga sekaligus menjaga inflasi pangan tetap terkendali.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan apresiasi atas kerja sama Badan Pangan Nasional (NFA), Perum Bulog, pemerintah daerah, serta mitra strategis yang berhasil menyalurkan cadangan beras ke masyarakat.

“Terima kasih kepada Bulog, NFA, dan pemda. Minggu lalu kita gerakkan bersama seluruh kecamatan, menyalurkan 43 ribu ton beras cadangan dari Bulog yang menjangkau 34 juta orang. Ini sangat sukses,” ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kemendagri, Senin (8/9/2025).

Harga Beras Mulai Terkendali

Berdasarkan data per 7 September 2025, harga beras medium turun di tiga zona pemantauan:

  • Zona 1: Rp15.393/kg (turun 0,13%)

  • Zona 2: Rp16.448/kg (turun 0,07%)

  • Zona 3: Rp19.688/kg (turun 0,56%)

Jumlah daerah yang mengalami kenaikan harga juga berkurang drastis dari 214 menjadi 100 kabupaten/kota. Sebaliknya, daerah yang mencatat penurunan harga meningkat dari 58 menjadi 105 kabupaten/kota, termasuk Kutai Timur, Serdang Bedagai, Morowali Utara, Lamongan, dan Tapanuli Selatan.

Menurut Tito, hal ini menunjukkan operasi pasar dan Gerakan Pangan Murah (GPM) memberikan hasil positif. “Intervensi di 214 daerah melalui GPM, ritel modern, bersama TNI/Polri dan Kadin berhasil meredam harga. Ini karena cadangan beras Bulog masuk ke pasar,” tegasnya.

Kepala Biro Perencanaan, Kerja Sama, dan Humas NFA Budi Waryanto mengatakan pihaknya terus mempercepat penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui tujuh jalur distribusi, mulai dari pasar tradisional hingga koperasi desa.

“Mohon dukungan semua pihak agar penyaluran SPHP bisa lebih cepat sehingga stabilitas harga beras terjaga hingga akhir tahun,” ujarnya.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menambahkan, penurunan harga beras turut meredam Indeks Perkembangan Harga (IPH) nasional. “Beras sudah tidak lagi mendominasi kenaikan harga, bahkan di sejumlah daerah justru menjadi faktor penurun IPH,” katanya.

Selain beras, pemerintah juga mengambil langkah untuk menstabilkan harga jagung bagi peternak unggas. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, pemerintah menyalurkan 52.400 ton jagung dengan plafon anggaran Rp78,6 miliar melalui mekanisme SPHP.

“Peternak layer se-Indonesia bisa mendapat jagung dengan harga Rp5.500 per kilo. Ini bentuk subsidi agar harga lebih terjangkau,” jelas Arief.

Budi Waryanto menambahkan, harga jagung ditetapkan Rp5.000/kg di gudang dan maksimal Rp5.500/kg di tingkat peternak, dengan distribusi melalui koperasi atau asosiasi yang wajib melaporkan realisasi.

Langkah ini diharapkan mampu menekan harga jagung yang selama ini melampaui Harga Acuan Penjualan (HAP) sebesar Rp5.800/kg sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapanas No. 6/2024.

Kebijakan stabilisasi beras dan jagung ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat dukungan bagi produsen pangan domestik sekaligus menjaga daya beli masyarakat.

“Dengan sinergi pemerintah pusat, daerah, dan mitra strategis, kita harap inflasi pangan tetap terkendali hingga akhir tahun,” tutup Tito.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  4  =