Hot Topic

Harga Minyak Tertekan akibat Virus di Cina

Channel9.id-Jakarta. Harga minyak turun lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu, 22 Januari 2020 atau Kamis waktu Indonesia. Penurunan harga minyak didorong kekhawatiran permintaan di tengah merebaknya virus di Cina.

Minyak mentah berjangka Brent turun US$ 1,38 atau 2,1 persen menjadi US$ 63,21 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot  US$ 1,64 atau 2,8 persen menjadi US$ 56,74 per barel.

Ketua IEA, Fatih Birol memperkirakan pasar akan mengalami surplus sebesar satu juta barel per hari (bph) pada paruh pertama tahun ini. “Harga minyak tetap tertekan karena kekhawatiran kelebihan pasokan dan setelah Menteri Energi Saudi Harga Abdulaziz tidak menawarkan sedikit pun optimisme bahwa pengurangan produksi OPEC+ akan diperpanjang melampaui Maret,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York, Amerika Serikat, Rabu 22 Januari 2020.

“Virus korona Cina kemungkinan akan melihat pembatasan perjalanan yang dapat berakhir merugikan permintaan minyak mentah selama waktu musum perjalanan puncak di Cina,”kata dia.


Pasar juga fokus pada kemunculan virus korona baru dari Cina tepat sebelum liburan Tahun Baru Imlek akhir pekan ini dan kemungkinan dampak pandemi terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Kematian akibat virus mirip flu baru di Cina telah meningkat menjadi 17 dengan lebih dari 540 kasus dikonfirmasi, dengan kasus-kasus sekarang terdeteksi shingga di Amerika Serikat. Menurut Goldman Sachs, jika virus berkembang secara dramatis dan memukul perjalanan serta pertumbuhan, permintaan minyak bisa turun 260.000 barel per hari, kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

“Kekhawatiran permintaan atas potensi epidemi akan melawan kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Libya, Iran dan Irak, mendorong volatilitas harga spot dalam beberapa minggu mendatang,” kata Goldman, meskipun “dampak pada fundamental minyak masih terbatas sejauh ini”.

Harga minyak sempat naik setelah National Oil Corp (NOA) Libya pada Senin, 20 Januari 2020, menyatakan force majeure pada pemuatan minyak akibat konflik militer. Produksi minyak mentah Libya akan berkurang sekitar 72.000 barel per hari dari sekitar 1,2 juta barel per hari.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  3  =  9