Channel9.id, Jakarta – Tren penurunan harga pangan di pekan ketiga Mei 2025 menjadi sinyal positif bagi stabilitas pasokan dan distribusi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan Indeks Perkembangan Harga (IPH) di berbagai wilayah, didorong oleh merosotnya harga sejumlah komoditas strategis seperti cabai rawit (-21,33%), bawang merah (-8,57%), bawang putih (-2,68%), dan telur ayam ras.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketersediaan pangan nasional cukup memadai dan distribusinya berjalan lancar tanpa gejolak berarti di pasar.
Namun di balik angka-angka itu, strategi baru pemerintah menunjukkan arah yang lebih sistemik: memperpendek rantai pasok dan mendorong kolaborasi langsung antar pelaku usaha. Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyebut bahwa langkah-langkah seperti Gerakan Pangan Murah (GPM), Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP), hingga aksi dukungan terhadap produk peternak telah dijalankan intensif.
“Dengan mempertemukan pelaku usaha dari sentra produksi langsung ke kawasan konsumsi, seperti Indonesia Timur, kami ingin harga stabil tidak hanya karena intervensi pemerintah, tetapi juga lewat mekanisme pasar yang efisien,” kata Arief dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kemendagri.
Langkah ini disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk Deputi Perekonomian Kantor Staf Presiden, Edy Priyono, yang menyoroti penurunan harga beras medium, Minyakita, dan bawang putih sebagai hasil nyata dari kebijakan tersebut. Edy juga menekankan pentingnya distribusi kembali beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke wilayah timur, menyusul permintaan langsung dari Gubernur Maluku.
Sementara itu, pemerintah juga mengambil langkah jangka panjang dengan mengembangkan Koperasi Desa Merah Putih, melalui Keputusan Presiden No. 9 Tahun 2025 yang diteken Presiden Prabowo Subianto. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menargetkan pembentukan lebih dari 80.000 koperasi desa sebelum 30 Juni 2025.
“Koperasi ini akan menjadi simpul ekonomi desa yang terhubung langsung dengan produsen. Kita ingin desa jadi pusat pertumbuhan ekonomi, bukan hanya konsumen,” tegas Zulhas.
Dengan stabilisasi harga, penguatan distribusi, dan pendirian koperasi desa, pemerintah membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan berdaya saing — bukan hanya untuk menekan inflasi jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi lokal secara berkelanjutan.