Channel9.id-Jakarta. Popularitas Clubhouse tengah mendulang. Momentum ini dimanfaat oleh penjahat siber untuk melakukan aksi jahatnya. Baru-baru ini bermunculan undangan palsu untuk masuk ke Clubhouse, yang ternyata berisikan kode berbahaya dan bisa mengeksploitasi data pengguna.
Lewat undangan palsu, penjahat bisa mendistribusikan kode berbahaya dengan kedok perangkat lunak populer, seperti versi palsu Clubhouse untuk Android.
Menurut laporan Hindustan Times, banyak pengguna Android yang tak tahu bahwa Clubhouse baru tersedia untuk iOS, ponsel iPhone dan iPad. Ketidaktahuan itu ini dimanfaatkan para penjahat untuk menyerang target.
“Aplikasi jahat palsu bisa melakukan persis apa yang Anda izinkan dalam pengaturan keamanan Android Anda, untuk mendapatkan lokasi perangkat yang kasar atau akurat, merekam audio dan video, mendapatkan akses ke pengirim pesan dan lain-lain,” ujar pakar keamanan Kaspersky Denis Legezo.
Baca juga : Tentang Clubhouse, Aplikasi yang Jadi Populer Karena Elon Musk
Legezo melanjutkan, trik lain yang bisa digunakan penjahat ialah dengan merekam audio berkualitas tinggi, melatih algoritme mesin, dan membuat deep fakes yang lebih canggih.
“Cara terbaik untuk menjaga keamanan adalah dengan waspada tentang apa yang Anda unduh, dan menjaga pengaturan keamanan yang tepat pada ponsel cerdas Anda,” pungkasnya.
Sekadar informasi, cara termudah untuk mengkases Clubhouse ialah dengan diundang teman yang memiliki akun Clubhouse. Clubhouse sendiri mengatakan bahwa siapa pun bisa diundang dan bergabung di daftar tunggu, atau meminta pengguna lain untuk mengundangnya.
Meskipun cara sah masuk ke Clubhouse seperti itu, ada saja calon pengguna mengambil tindakan sendiri dan menjual undangan melalui media sosial seperti Twitter. Di Tiongkok, misalnya, dilaporkan ada beberapa orang yang membeli undangan ke Clubhouse dengan harga yang mencapai 65 euro atau Rp1,1 juta (kurs Rp17.122).
Menyoal hal itu, Clubhouse belum mengklarifikasi apakah praktik jual-beli undangan itu melanggar kebijakannya. Jadi, untuk pengguna, sebaiknya menghindari praktik tersebut sebelum ada klarifikasi.
(LH)