Channel9.id – Jakarta. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menilai, kemunculan bencana nonalam Covid-19, menjadi pengingat umat manusia karena sering merusak alam. Alasan kepentingan pembangunan ekonomi menjadi pembenaran untuk merusak alam.
Padahal, pembangunan ekonomi bisa berjalan tanpa merusak alam. Kuncinya, kata Hilmar, adalah belajar dari tradisi masyarakat yang memanfaatkan alam dengan bijak.
“Seolah nggak bisa berjalan beriringan kalau menjalankan ekonomi. Padahal, keduanya bisa berjalan bersama. Banyak sekali pengetahuan tradisi masyarakat yang selama berabad-abad membuktikan hal itu. Di sini saya kira, yang dirumuskan strategi kebudayan menjadi jalan keluar,” kata Hilmar dalam diskusi yang diadakan Forges Indonesia, Jumat (28/8) malam.
Poin ke lima dari 7 Strategi Kebudayaan Indonesia dijelaskan bahwa ‘Memajukan Kebudayaan yang Melindungi Keanekaragaman Hayati dan Memperkuat Ekosistem’. Menurut Hilmar, poin itu bisa menjadi petunjuk supaya manusia bisa melindungi alam dengan pengetahuan tradisi kebudayaan.
Hilmar berkata, pengetahuan tradisi masyarakat selama berabad-abad yang memanfaatkan alam untuk kepentingan ekonomi, bisa menjadi solusi memperbaiki bumi.
Cara masyarakat adat mengelola alam dengan bijak, dapat menjadi pedoman manusia untuk menjaga keseimbangan alam. Pengetahuan itu, bahkan juga bisa untuk menyediakan jalan pembangunan ekonomi.
“Ekosistem Indonesia itu beragam. Kalau dikelola keanekaragaman itu dengan baik bukan tidak mungkin menyediakan jalan bagi pembangunan ekonomi,” kata Hilmar.
“Contoh salah satunya, menyangkut kesehatan. Pengetahuan tradisi mengenai tanaman kesehatan. Indonesia ini seperti sebuah apotek raksasa sebetulnya. Seperti industri farmasi modern, 25 persen produknya dari hutan Amazon karena diteliti dengan baik dan dimanfaatkan. Hutan Amazon menjadi tiang penyangga industri farmasi modern,” lanjutnya.
Indonesia tak kalah dengan keangekaragaman hayati di Hutan Amazon. Indonesia memiliki beragam keanekaragaman yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi. Sayangnya, hal itu dikelola pihak lain.
“Padahal kita punya segalanya, tapi maaf yang mengelola orang lain. Kita belum menggunakan kekayaan yang kita miliki,” pungkasnya.
(HY)