Nasional

Ibu Negara Brasil Terkesan dengan Program MBG: Standar Keamanan dan Keterlibatan UMKM Lokal

Channel9.id – Jakarta. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi Presiden RI Prabowo Subianto tidak hanya menyentuh jutaan anak Indonesia, tetapi juga menginspirasi dunia. Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, meninjau langsung Dapur Sentra Pangan dan Pemberdayaan Gizi (SPPG) Halim Jumat (24/10), untuk melihat dari dekat bagaimana Indonesia menjalankan program yang baru berusia 10 bulan ini.

Kehadirannya bukan sekadar seremonial. Brasil telah memiliki tradisi panjang dalam program makanan bergizi di sekolah sejak 1955, yang baru resmi diundangkan pada 2009 sementara pemerintah Indonesia memulai kurang dari setahun.

“Kita baru memulainya 10 bulan. Mereka sudah mencapai dalam sejak tahun 1955 mereka baru mencapai 40 juta. Kami baru 10 bulan sudah mampu memberikan benefit kepada lebih dari 30 juta anak belum terhitung dengan ibu-ibu hamil dan juga anak di bawah 5 tahun,” ungkap Jubir Badan Gizi Nasional (BGN), Dian Fatwa.

Menurut Dian, perbandingan ini membuat Brasil kagum pada lompatan cepat Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Apalagi dalam waktu 10 bulan MBG Indonesia sudah mencapai 37 juta penerima, hanya selisih 3 juta dari Brasil yang sudah berjalan puluhan tahun.

“Jadi ibu negara cukup impressed dengan apa yang sudah kami capai dalam 10 bulan. Walaupun beliau juga cukup paham tentu dalam perjalanannya tentu tidak semulus yang kita bayangkan awal tapi mereka cukup impressed. 10 bulan sudah mencapai 37 dan kita sebetulnya 3 juta away dari mereka karena mereka sudah dari 7 dekade baru mencapai 40 juta,” tambahnya.

Ibu Negara Brasil, kata Dian, terkesan dengan cara Indonesia mengintegrasikan program MBG dengan ekonomi lokal dan UMKM. Salah satu aturan utama di Brasil adalah bahan baku harus dibeli dari petani dan produsen lokal.

Dian mengatakan masyarakat sekitar Halim bahkan sudah mulai menanam jagung, cabai, dan pepaya untuk menyuplai dapur MBG. Meski masih tahap awal, kerja sama dengan petani dan UMKM lokal diyakini akan terus berkembang.

“UMKM kita juga sama-sama melakukan hal yang sama karena untuk dapur disini mereka untuk produksi keripik tempe untuk produksi juga roti, untuk tempe segar juga mereka mengambil dari ibu-ibu yang ada disekitar sini jadi semuanya diproduksi secara lokal untuk bahan-bahan tertentu dan kita pastikan partisipasi dari masyarakat disini saat ini untuk di daerah Halim, mereka sedang memulai untuk menanam jagung, cabai, jagung, cabai dan pepaya,” pungkasnya.

Di Dapur SPPG Halim misalnya, bahan baku seperti sayur, tempe, hingga roti dipasok dari UMKM dan ibu-ibu sekitar. Bahkan ada yang mulai menanam cabai, jagung, dan pepaya untuk menyuplai dapur MBG. Selain soal ekosistem ekonomi, keamanan pangan (food safety) juga jadi perhatian utama. MBG memastikan setiap makanan yang disajikan aman dan sehat.

Kemudian sebelum makanan distribusikan ke sekolah, ada tes bakteri seperti E.coli, salmonella, hingga histamin. Selain itu, jarak distribusi diatur agar makanan tiba dalam kondisi hangat, maksimal 10–15 menit dari dapur ke anak-anak.

“Di Halim ini antara kitchen, antara dapur dengan sekolah-sekolah ini durasi untuk mencapai sekolah tidak lebih dari 10 menit. Seperti tadi kita hitung dari dapur sampai ke sini sebetulnya hanya 4-5 menit. Nah ini adalah untuk menghindari bahwa makanan yang sampai dalam kondisi masih hangat dan tidak menimbulkan spoil. Menjadi rusak. Ini yang sebetulnya soal food safety yang berupaya kita jaga. Jadi soal food safety jadi sebelum makanan ini kita distribusikan ke sekolah-sekolah di dapur di Halim,” ungkap Dian.

“Sehingga murid, anak-anak yang akan memakan dari MBG ini menerima dalam kondisi aman dan juga cukup sehat karena jarak tempuh dari dapur untuk sampai ke sini tidak akan lebih dari 15 menit dan langsung dikonsumsi oleh anak-anak,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  72  =  80