Impor/beras
Ekbis

Impor Beras 2025 Tembus Rp2,97 Triliun, Kementan: Itu untuk Industri!

Channel9.id, Jakarta. Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa kebijakan perberasan nasional saat ini berfokus pada stabilitas pasokan dalam negeri, sementara impor dilakukan secara selektif untuk memenuhi kebutuhan industri dan varietas beras khusus yang tidak diproduksi di Indonesia. Penegasan ini muncul setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa nilai impor beras sepanjang Januari–Oktober 2025 mencapai US$178,5 juta atau sekitar Rp2,97 triliun.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Moch Arief Cahyono, menjelaskan bahwa suplai beras medium nasional masih memadai karena ditopang produksi petani dalam negeri yang tercatat surplus. Oleh sebab itu, tidak ada izin pemasukan beras medium untuk konsumsi umum.

Menurut Arief, jenis beras yang masuk pada tahun ini merupakan bagian dari kebijakan berbasis neraca komoditas yang mengatur impor khusus bagi produk yang tidak dihasilkan di dalam negeri atau diperlukan untuk bahan baku industri.

“Tidak ada impor untuk beras medium. Impor yang berjalan hanya untuk beras khusus, varietas premium tertentu, dan kebutuhan industri. Segmen konsumsi masyarakat tetap dilindungi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (1/12/2025).

Arief merinci bahwa impor mencakup menir (HS 1006.40.90) sebagai bahan baku industri, beras khusus seperti untuk penderita diabetes, serta beras premium untuk hotel dan restoran asing. Selain itu, varietas seperti basmati, jasmine, dan japonica (HS 1006.30.99) yang memiliki karakteristik berbeda dan tidak dibudidayakan di dalam negeri, juga termasuk dalam kategori yang diperbolehkan.

Ia menegaskan bahwa masuknya beras-beras tersebut tidak mengganggu pasar beras medium maupun harga gabah petani. Pemerintah tetap menjaga keseimbangan antara kebutuhan industri dan perlindungan terhadap produsen dalam negeri. “Produksi nasional kita cukup kuat, sehingga tidak ada urgensi membuka keran impor beras medium. Kepentingan petani tetap utama,” ujarnya.

Sebelumnya, BPS mencatat volume impor beras Januari–Oktober 2025 mencapai 364.300 ton, terutama dari Myanmar, Thailand, dan India. Hanya pada Oktober 2025, impor tercatat 40.700 ton senilai US$19,1 juta.

Di sisi lain, BPS melaporkan adanya penurunan harga beras premium dan medium di tingkat penggilingan secara bulanan pada November 2025, meski secara tahunan harganya masih mengalami kenaikan. Rata-rata harga beras di penggilingan turun menjadi Rp13.320 per kilogram, sedangkan harga di grosir dan eceran juga mengalami penurunan bulanan namun tetap naik secara tahunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  31  =  34