Channel9.id, Jakarta – Indonesia akan menekankan pentingnya perannya secara strategis dalam perdagangan global, khususnya kekayaan sumber daya alam, saat melanjutkan negosiasi untuk mencoba menurunkan tarif 32% yang akan diberlakukan oleh Amerika Serikat, demikian pernyataan seorang pejabat pemerintah pada Rabu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan pemimpin tim negosiasi, Airlangga Hartarto, dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Menteri Keuangan Scott Bessent, serta sejumlah pejabat lainnya, ungkap juru bicara Kementerian Perekonomian Haryo Limanseto, tanpa menyebutkan jadwal pasti
Mulai 1 Agustus 2025, Amerika Serikat akan memberlakukan tarif 32% terhadap produk-produk Indonesia—tarif ini sama dengan yang sempat diumumkan pada April lalu . Sebagai imbal keputusan ini, Indonesia telah menawarkan untuk memangkas bea masuk atas produk-produk utama AS hingga mendekati nol, serta meningkatkan pembelian dan investasi dari AS senilai sekitar 34 miliar dolar AS.
“Menteri Koordinator akan menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat strategis dengan semua sumber daya alamnya. Kami berharap AS akan mempertimbangkan kembali,” ujar Haryo dilansir Reuters, Kamis (10/7/2025).
Sebagai negara G20, Indonesia merupakan produsen utama nikel, timah, tembaga, dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia
Beberapa perusahaan Indonesia telah menandatangani kesepakatan awal dengan mitra AS untuk meningkatkan pembelian komoditas seperti energi, gandum, jagung, dan kapas. Dana kekayaan negara Danantara Indonesia dan perusahaan tekstil Indorama juga berencana menanamkan investasi di AS.
Haryo menambahkan bahwa proposal Indonesia mendapat respons positif dari pihak AS. Jakarta berharap dapat memperoleh tarif yang serupa atau lebih baik daripada negara-negara Asia Tenggara lainnya
Negosiasi awal mencakup penawaran konsesi besar-besaran dari Indonesia. Meskipun pengumuman penetapan tarif oleh Presiden AS Donald Trump pada batas waktu 9 Juli menjadi kejutan, Indonesia telah mengajukan semua dokumen dan menyepakati tingkat negosiasi. Namun keputusan akhir tetap berada di tangan Trump