Indonesia Paling Banyak Disasar Phising se-Asia Tenggara
Techno

Indonesia Paling Banyak Disasar Phising se-Asia Tenggara

Channel9.id-Jakarta. Data perusahaan keamanan siber Kaspersky menunjukkan bahwa pelaku usaha bisnis mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia menjadi korban terbanyak terkait percobaan phishing di Asia Tenggara. Sementara, secara global, ada di peringkat ke-16.

Sekadar informasi, phishing ialah upaya kejahatan di dunia maya. Misalnya, memanipulasi psikologis korban untuk mencuri data dari komputasi seseorang dan memanfaatkannya untuk pencurian uang hingga penjualan data.

Baca juga : Pakar Sebut Banyak Peretas Lakukan Phising

Pesan phishing biasanya berupa pemberitahuan palsu dari bank, penyedia, sistem pembayaran elektronik dan organisasi lain, phishing juga bisa berbentuk replika yang hampir 100% sempurna. Cara-cara ini bisa mengelabui calon korban hingga akhirnya mereka lengah dan memberi data secara suka rela.

“Dalam hal penargetan phishing per negara terhadap perusahaan yang terdiri dari 50-250 karyawan, Indonesia mencatat insiden terbanyak pada 2020, diikuti oleh Thailand, dan Vietnam,” kata Kaspersky melalui keterangan tertulis pada Senin (22/3).

Sepanjang 2020, Indonesia menjadi sasaran phising yakni sebanyak 744.518 percobaan. Lalu Thailand 677.512 percobaan dan Vietnam 673.743 percobaan. Masdih di kawasan Asia Tenggara, kemudian disusul Malaysia 392.301 percobaan, Filipina 227.172 percobaan dan Singapura 175,579 percobaan.

Kaspersky mengatakan pihaknya telah memblokir 2.890.825 upaya phishing yang ditujukan kepada UMKM. Angka ini disebut meningkat 20%, jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada ranah global, sepuluh negara teratas yang UMKM-nya menjadi sasaran phishing di antaranya Brasil, Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Italia, Meksiko, Jerman, Kolombia, Spanyol, dan India.

Lebih lanjut, Kaspersky menjelaskan bahwa serangan rekayasa sosial seperti phishing menjadi cara termudah dengan memanfaatkan kondisi sulit, seperti pandemi Covid-19. Pihaknya melihat hal ini bisa menjadi umpan untuk mencuri uang dan data yang lebih banyak di berbagai sektor.
(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +    =  8