inflasi september
Ekbis

Inflasi Masih Terkendali, Tapi Tekenan Didominasi Komoditas Pangan dan Emas

Channel9.id, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi pada September 2025 dipengaruhi terutama oleh kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, seperti cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau. Namun demikian, beberapa bahan makanan lain seperti beras, bawang merah, dan tomat justru mengalami penurunan harga sehingga membantu menahan laju inflasi.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) pada September 2025 tercatat 0,21 persen, dengan inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,65 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 1,82 persen.

“Inflasi September sedikit meningkat dibanding empat bulan sebelumnya, terutama karena dorongan dari komoditas pangan dan harga emas,” ujar Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Senin (6/10/2025).

Amalia menjelaskan, kelompok makanan dan minuman memberikan andil terbesar terhadap inflasi bulanan dengan kenaikan 0,38 persen. Tiga komoditas utama yang memicu kenaikan harga adalah cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau.

Secara rinci, cabai merah mencatat inflasi bulanan 39,25 persen, daging ayam ras naik 8,59 persen, dan cabai hijau meningkat 22,27 persen. Kenaikan harga komoditas tersebut berdampak signifikan terhadap inflasi pangan nasional.

Meski demikian, Amalia menegaskan bahwa beberapa komoditas pangan lain justru mengalami deflasi atau penurunan harga, sehingga menahan laju inflasi secara keseluruhan.

“Bawang merah turun 17,47 persen, tomat turun 12,76 persen, bawang putih 2,04 persen, dan cabai rawit 8,4 persen secara bulanan,” jelasnya.

Khusus untuk bawang putih, penurunan harga sudah terjadi selama lima bulan berturut-turut, setelah sebelumnya sempat mengalami inflasi selama enam bulan berturut-turut dari Oktober 2024 hingga Mei 2025.

Sementara itu, beras juga mencatat deflasi pada September 2025, setelah sebelumnya sempat terus meningkat sejak awal tahun. Ini merupakan deflasi beras kedua pada 2025, setelah terakhir terjadi pada April.

“Ini pencapaian baik, karena sebelumnya beras terus menjadi pendorong inflasi. Sebaran deflasi beras terbesar terjadi di Aceh sebesar 5,06 persen, sementara inflasi beras tertinggi di Papua Selatan sebesar 0,94 persen,” ujar Amalia.

Selain pangan, harga emas dan perhiasan juga menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar. Kelompok peralatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi 1,24 persen secara bulanan, dan menyumbang 0,08 persen terhadap inflasi nasional.

Secara tahunan, kelompok ini mencatat inflasi 9,59 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari kenaikan harga emas.

Amalia menuturkan bahwa harga emas mengalami tren kenaikan selama dua tahun terakhir, dan terus memberikan andil terhadap inflasi bulanan.

“Kenaikan harga emas telah terjadi berturut-turut sejak September 2023, dan pada September 2025 ini inflasi emas mencapai 1,24 persen month to month,” jelasnya.

Secara keseluruhan, Amalia menilai inflasi nasional masih dalam level terkendali, meski terdapat tekanan harga pada komoditas tertentu.

“Kenaikan harga beberapa bahan pangan dan emas perlu diantisipasi, tetapi secara umum inflasi kita masih dalam kisaran sasaran pemerintah,” kata Amalia menutup pemaparannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  2  =