Inovasi Peneliti dalam Mengantisipasi Kelangkaan Air Bersih
Techno

Inovasi Peneliti dalam Mengantisipasi Kelangkaan Air Bersih

Channel9.id-Jakarta. Pemanasan global hingga perubahan iklim yang saat ini dihadapi dunia memungkinkan terjadinya kelangkaan air bersih. Kondisi ini mungkin bisa jadi lebih buruk di masa mendatang. Berangkat dari kekhawatiran kelangkaan air itu, sekelompok ilmuwan menawarkan solusi yaitu tarik air dari udara.

Para peneliti telah mengembangkan gel penyerap super. Gel ini terbuat dari bahan yang terjangkau, yang bisa menyedot kelembapan dari udara yang memiliki kelembapan rendah. Saat dipanaskan, gel melepaskan kelembapan itu sebagai air tawar. Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, satu kilogram gel bisa menghasilkan hampir enam liter air pada kelembaban sekitar 15%, dan akan menghasilkan lebih dari 13 liter air pada kelembaban 30%. Sebagai referensi, gurun Mojave Barat Daya umumnya berkisar antara 10% dan 30% kelembaban.

“Ini adalah tentang solusi praktis yang bisa digunakan untuk mendapat air di tempat terpanas dan terkering di Bumi,” ujar salah satu peneliti, Guihua Yu, dikutip dari Gizmodo. Yu merupakan seorang insinyur material di Universitas Texas di Austin. “Ini memungkinkan jutaan orang yang tak punya akses ke air minum untuk memiliki perangkat pembangkit air sederhana di rumah yang bisa mereka operasikan dengan mudah.”

Para peneliti membuat gel itu dari turunan senyawa selulosa (yang ditemukan di semua sel tumbuhan), serat spesifik yang diekstraksi dari umbi (yang bisa dimakan yang dikenal sebagai konjak), dan zat penyerap garam lithium klorida. Semua bahan dicampur, dituangkan ke dalam cetakan, lalu dibiarkan selama dua menit, dan kemudian dibekukan serta dikeringkan menjadi lembaran tipis. Semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat satu kilogram gel kering memakan biaya kurang dari $2, menurut penelitian tersebut.

“Sintesis gel ini sangat sederhana,” ujar Youhong Guo, seorang insinyur kimia di Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan rekan penulis studi. “Artinya semua orang bisa membuatnya [dengan mudah].”

Setelah diatur, lembaran gel tipis menjadi keruh dalam waktu sekitar 20 menit. Untuk mengekstrak air itu sebagai cairan yang bisa diminum, para peneliti kemudian memanaskan gel di ruang tertutup dan mengumpulkan hasil kondensasi. Mereka menemukan bahwa sekitar 70% dari air yang ditangkap, air bisa dilepaskan dalam waktu 10 menit dari pemanasan gel pada 140 derajat Fahrenheit.

Para peneliti baru melakukan tes pada beberapa miligram gel dan air. Mereka baru memperkirakan apa yang akan terjadi jika melibatkan beberapa kilogram gel—artinya belum meneliti langsung ke lapangan. Ada kemungkinan kapasitas penyerapan dan pelepasan air berubah ketika gel digunakan dalam jumlah yang lebih besar, kata Ruzhu Wang. Untuk diketahui, Wang merupakan insinyur di Universitas Shanghai Jiao Tong di Cina, yang berpengalaman di teknologi “memanen air” namun tak terlibat dalam penelitian terbaru itu.

Ditambah lagi, para ilmuwan menggunakan lapisan gel yang sangat tipis (sekitar 0,01 sentimeter). Lembaran tipis ini lebih cepat dalam menyerap air dan cepat melepaskan air. “Tetapi jika teknologi memanen air ini ingin digunakan dalam skala massal, menggunakan bahan tipis seperti itu akan membutuhkan lebih banyak perangkat, membuatnya kurang padu, dan tak portabel,” kata Wang. Para peneliti mengatakan bahwa gel mereka bisa digunakan dalam blok yang lebih besar. Namun sejauh ini, mereka belum menguji desain itu.

Meski begitu, Wang tetap yakin penelitian baru ini bisa menggugah. Dia menekankan bahwa bahan gel itu patut diperhatikan, karena input energi yang dibutuhkan untuk memproduksi dan menggunakan sangat sedikit. Menurutnya, “penting untuk memanen air secara berkelanjutan dan rendah karbon.”

Lebih lanjut, Wang mengatakan bahwa penelitian baru itu “bisa membawa air tawar—yang hampir mustahil ada—di iklim sangat kering lebih dekat dengan kenyataan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

41  +    =  46