Gunung emas
Ekbis

Insiden Tambang Freeport Ganggu Pasokan Global, Harga Tembaga Meroket

Channel9.id, Jakarta – Insiden luncuran material basah di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Papua, berdampak besar pada operasional PT Freeport Indonesia (PTFI) dan memperketat pasokan tembaga dunia.

Induk usaha PTFI, Freeport-McMoRan Inc. (FCX), resmi mengumumkan kondisi force majeure kepada mitra komersial terkait gangguan pasokan. Tambang Grasberg sendiri merupakan tambang tembaga terbesar kedua di dunia. Sejak kecelakaan terjadi pada 8 September 2025, seluruh aktivitas produksi di GBC dihentikan sementara.

Cebakan bijih GBC mewakili sekitar 50% cadangan terbukti dan terkira PTFI per akhir 2024, serta sekitar 70% proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029. Dampak insiden ini diperkirakan menunda produksi secara signifikan pada kuartal IV/2025 dan sepanjang 2026. Freeport bahkan memperkirakan operasional penuh baru pulih pada 2027.

“Pemulihan ke tingkat produksi sebelum insiden berpotensi tercapai pada 2027,” ungkap manajemen FCX dalam keterangan resmi, Jumat (26/9/2025).

PTFI memproyeksikan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak bisa kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV/2025. Meski demikian, target penjualan tembaga 445 juta pound dan emas 345.000 ounce pada kuartal IV/2025 dipastikan meleset.

Pemulihan tambang GBC akan dilakukan bertahap mulai semester I/2026, mencakup tiga blok produksi (PB2, PB3, dan PB1S), dengan blok terakhir PB1C diproyeksikan baru aktif pada 2027. Dalam skenario ini, produksi 2026 berpotensi turun hingga 35% dari estimasi awal 1,7 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas.

Untuk menekan dampak finansial, Freeport menyiapkan klaim asuransi gangguan bisnis hingga US$1 miliar, dengan batas US$700 juta khusus untuk insiden bawah tanah setelah potongan US$500 juta.

Gangguan di Grasberg langsung mengguncang pasar global. Mengutip Bloomberg, harga tembaga di London Metal Exchange naik 3,6% usai pengumuman force majeure. Kontrak berjangka pun melonjak ke level US$10.400 per ton pada Kamis (26/9/2025), mendekati rekor tertinggi US$11.104,50 yang tercatat pada Mei 2024.

“Skala gangguan ini sangat signifikan, apalagi terjadi saat pasokan sudah ketat. Kondisi ini mendorong terbentuknya rezim harga baru yang lebih tinggi dari perkiraan,” kata Helen Amos, analis BMO Capital Markets.

Sebelum insiden Freeport, pasokan tembaga dunia sudah terganggu oleh sejumlah insiden: banjir akibat aktivitas seismik di tambang milik Ivanhoe Mines Ltd. di Kongo (Mei 2025), gangguan operasi Teck Resources Ltd. di Chile (Juni 2025), serta kecelakaan fatal di tambang Codelco, Chile (Juli 2025).

Di sisi lain, lonjakan permintaan akibat transisi energi dan perkembangan kecerdasan buatan (AI) membuat pasar kian sensitif terhadap guncangan pasokan. Kondisi ini memicu proyeksi baru dari bank-bank besar Wall Street, termasuk Goldman Sachs dan Citigroup, yang memperkirakan tren harga tembaga akan terus naik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  10  =  18