Channel9.id-Jakarta. Layanan gereja di Jerman menggunakan AI sebagai pemandu. AI dianggap masih belum cukup “manusiawi”.
Dalam konvensi Deutscher Evangelischer Kirchentag, dilakukan uji coba pelayanan kegamaan menggunakan AI. Layanan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dari konvensi dua tahunan sekali tersebut. AI berperan dalam memimpin sesi pelayanan gereja dengan membacakan ceramah rohani dan memutarkan musik.
Dilansir dari Associate Press, Jonnas Simmerlain, salah satu otak dibalik percobaan ini menyampaikan kebanggaannya karena ia merupakan salah satu inisiatornya. Simmerlain menyebut bahwa AI berperan 98% dari sebagian besar hal yang ada di layanan yang berdurasi 40 menit ini.
Simmerlain menyebut bahwa dirinya menggunakan perintah (prompt) “Kami sedang menggelar layanan gereja (church congress), anda adalah pendeta yang memberi layanan,”. Simmerlain menyebut bahwa hal tersebut membawakan perhelatan layanan yang dia anggap cukup sukses.
Kendati disebut lumayan sukses, integrasi ritual keagamaan dan teknologi AI mendapatkan respon beragam terutama dari pengunjungnya. Sesi pelayanan ini disebutkan menggunakan empat avatar digital yang diproduksi oleh AI.
Beberapa orang disebut menerima layanan dengan antusius. Namun tidak sedikit juga yang melihat penggunaan AI untuk ritual keagamaan sebagai hal yang kurang pantas. Salah satunya adalah Heiderose Schmidt yang bekerja di bidang IT. Sebagai salah satu pengunjung konvensi ini menyebut bahwa awalnya dia penasaran. “Tapi tidak ada hati dan jiwanya,” ungkap nya.
Respon negatif juga datang dari pengunjung layanan tersebut. Dikabarkan beberapa penonton menertawakan avatar digital yang menyampaikan ceramah rohani dengan nada datar nan monoton.
Peneliti menyebut bahwa penggunaan AI dalam ritus keagamaan memang dapat mempermudah aksesibilitasnya. Namun hal tersebut menyimpan potensi bahaya terutama karena AI semakin dapat menyerupai manusia. Anna Puzio, peneliti bidang etika teknologi dari University of Twenta Belanda, menyebut bahwa hal tersebut dapat menyebarkan disinformasi.
Baca juga: Gereja Jerman Menggunakan AI Untuk Layanan Keagamaan
ChatGPT dapat memproduksi apapun berdasarkan prompt yang diberikan oleh penggunanya. Namun tidak selalu menjamin keakuratannya. Sehingga masih diperlukan pengawasan manusia terhadap kinerja AI berbasis Bahasa tersebut.