Oleh: Dr. Uswadin, M.Pd.
Channel9.id – Jakarta. “Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat. Engkau dekat. Hati adalah cermin. Tempat pahala dosa bertaruh”
Cuplikan lagu dari Bimbo yang berjudul Tuhan, mengingatkan kita agar senantiasa dapat dekat dan mendekat dengan Tuhan Yang Mahaesa, Sang Khaliq yang menciptakan alam semesta. Apalagi di bulan Ramadan, bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan.
Allah memberikan keistimewaan-keistimewaan yang diberikan di bulan Ramadan yang tidak diberikan di bulan lain. Beberapa diantaranya adalah dilipatgandakannya pahala bagi hamba-hambaNya yang beribadah, diturunkannya AlQuran, adanya malam yang kualitasnya lebih baik dari seribu bulan, diberikannya rahmat berupa kasih sayang Allah di sepuluh hari pertama, maghfirah atau ampunan Allah untuk hamba-hambaNya di sepuluh hari kedua dan itkun minanaar atau dijauhkan dari api neraka. Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan Ramadan bagi orang-orang yang memanfaatkan.
Diibaratkan sebagai bonus atau hadiah untuk semua orang berkesempatan yang sama untuk bisa mengambilnya, Maka tentunya orang-orang akan memanfaatkan dan berlomba untuk mengambil bonus tersebut. Hanya orang-orang yang malas saja yang tidak mau mengambilnya.
Satu amalan istimewa yang sangat dianjurkan dalam Ramadhan selain puasa wajib, tarawih, witir dan tadarus adalah Itikaf. Itikaf sendiri berarti berdiam di masjid untuk jangka waktu tetentu.
Menurut bahasa, itikaf berasal dari kata “akafa” yang bermakna memenjarakan. Maksudnya selama melakukan itikaf, seseorang harus berdiam diri di masjid seolah-olah dipenjara dan tidak keluar untuk melakukan aktivitas keduniawian. Sehingga itikaf dapat dikatakan sebagai ibadah yang khusus layaknya seorang sufi yang dalam beberapa saat mendekatkan diri kepada Robbi meninggalkan hiruk pikuk duniawi.
Itikaf ini dapat dilaksanakan di luar bulan Ramadhan juga, namun karena Ramadhan pada sepuluh hari terakhir terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadr.
Menurut riwayat Nabi Muhammad saw setiap malam kesepuluh di akhir Ramadhan beliau melakukan itikaf di masjid. Dalam sebuah hadis disebutkan: Hadits dari Ummu al-Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau Hadits dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. (https://muslim.or.id/6745-fiqih-ringkas-itikaf-1.html).
Melalui Itikaf kita dapat berkontempelasi dan berinterospeksi tentang sejauh mana kita sebagai hamba telah mengabdi kepadaNya. Di rumah Allah, kita fokus untuk beribadah kepadaNya dengan melupkan dunia yang telah digeluti selama sebelas bulan dua puluh hari. Ini momen yang sangat indah untuk dilakukan apabila kita dapat menjalankannya selama sepuluh hari. Ibarat mesin, saat inilah sedang dilakukan tune up agar kita dapat meraih kesegaran dan kebersihan diri sehingga lebih baik dan berkualitas setelah momen idul fitri.
Namun apabila kita tidak dapat melakukan selama sepuluh hari, maka kita pun sebenarnya dibolehkan beritikaf untuk beberapa hari, atau setengah hari, atau setidaknya beberapa saat berdiam di masjid. Karena sebagain pendapat ada juga yang membolehkan atau mengartikan itikaf sebagai berdiam di masjid walau dalam beberapa saat.
Oleh karena itu selain membaca doa masuk masjid, maka pada saat kita masuk masjid dapat pula diniatkan melakukan itikaf. Dengan niat: Nawaitu Itikafi sunatan lillahi ta’ala artinya saya berniat itikaf sebagai ibadah sunah karena Allah ta’ala. Jadi bagi orang-orang yang sibuk tidak bisa melakukan itikaf penuh sepuluh hari maka bisa melakukan itikaf sesuai dengan situasi dan kemampuannya.
Apalagi di masa pandemi ini, maka menjaga kesehatan diri dan lingkungan adalah lebih utama dari mengejar sunah. Oleh karena itu dalam masa pandemi diharapkan orang-orang yang akan melakukan itikaf benar-benar memperhatikan protokol kesehatan. Sementara bagi orang-orang yang khawatir karena pandemi belum mereda, maka itikaf pun dapat dilaksanakan di rumah.
Sebagai ibadah sunah, pada saat pandemi memuncak, shalat Jumat pun bisa diganti dengan shalat duhur di rumah, serta shalat ied pun bisa dilaksanakan di rumah-rumah dan ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat beberapa waktu lalu.
Dengan demikian momentum itikaf dimasa pandemi masih bisa dilakukan dengan kondisi-kondisi yang menyesuaikan keadaan. Jangan kita samakan dengan masa sebelum pandemi, dimana masjid-masjid dipenuhi oleh orang-orang yang itikaf meraih lailatul qadar dan penyucian batin. Melalui itikaf apalagi di masa pandemi maka kita dapat mengambil hikmah dan manfaat:
Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt Muhasabah diri mengenai kehidupan yang telah dilalui. Mengurangi hiruk pikuk dunia yang kadang membuat stress. Menembah kesegaran rohani yang berdampak kepada kesehatan jasmani. Memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa depan.
Semoga dengan doa-doa kita di bulan Ramadhan dan doa-doa orang yang itikaf dapat mengguncangkan arsy sehingga Allah dapat mengangkat musibah pandemik dari bumi ini. Salah satu doa yang dikabulkan oleh Allah adalah doa-doa orang yang berpuasa ditambah lagi berdoanya di tempat yang mustajab dan waktu yang mustajab pula.
Wallahu alam bi shawab
Penulis adalah Kabid Pendidikan dan Kebudayaan PW ISNU DKI JAKARTA