Channel9.id-Jakarta. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Jumat (20/9) waktu setempat, mengumumkan sanksi baru untuk Iran. Ia menyebut sanksi itu sebagai sanksi terkeras yang pernah dijatuhkan AS terhadap negara lain.
“Kami telah menjatuhkan sanksi terhadap bank nasional Iran,” ujar Trump di Oval Office. “Ini adalah sanksi tertinggi yang pernah dijatuhkan kepada sebuah negara.”
Departemen Keuangan AS memperbaharui sanksi mereka terhadap bank sentral Iran setelah pejabat AS menuding Teheran melancarkan serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada pekan lalu.
Hanya selang beberapa jam setelah menjatuhkan sanksi baru untuk Iran, Trump kemudian menyetujui mengirimkan pasukan militer ke kawasan Teluk.

Namun, Trump menegaskan tidak berencana menjalankan serangan militer terhadap Iran. Ia bahkan mengecam mereka yang menuding dirinya berencana menggelar perang dengan Iran.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan pengiriman bantuan pasukan militer AS tersebut atas permintaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
“Menanggapi permintaan kerajaan, presiden menyetujui penempatan pasukan AS yang akan bersifat defensif, dan terutama berfokus pada pertahanan udara dan rudal,” ujar Esper.
Kepala Staf Gabungan Joe Dunford mengatakan penempatan pasukan militer tersebut dikategorikan sebagai moderat dengan jumlah pasukan yang diperkirakan tidak mencapai ribuan.
Iran menanggapi penjatuhan sanksi tersebut dengan menyebut langkah tersebut menunjukkan bahwa AS telah kehabisan pilihan.
Di sisi lain, pemberontak Houthi di Yaman, mengumumkan mereka akan menghentikan seluruh serangan ke Arab Saudi sebagai bagian inisiatif perdamaian untuk mengakhiri konflik di Yaman, lima tahun setelah kelompok itu merebut ibu kota Sanaa.
Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang yang mayoritas merupakan warga sipil dan membuat jutaan orang terpaksa kelaparan.
Sebelumnya, pemberontak Houthi yang didukung Teheran di Yaman telah mengklaim serangan terhadap dua pabrik raksasa energi milik Arab Saudi tersebut.
Namun, AS menuding Iran berada di balik serangan itu. AS mengaku memiliki bukti yang mengarah pada Iran sebagai dalang serangan.
Iran membantah keras tuduhan tuduhan tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan tudingan AS sia-sia. Bahkan seorang komandan senior Penjaga Revolusi, Amirali Hijizadeh memperingatkan bahwa Iran siap berperang.