Channel9.id-Libiya. Setidaknya 120 pengungsi dikhawatirkan meninggal setelah perahu karetnya tenggelam di lautan badai di lepas pantai Libya ketika mereka berusaha pergi ke Eropa, kutip laporan dari agensi migrasi PBB.
Pada hari Kamis (22/4/2021), puluhan jasad ditemukan di dekat kapal tenggelam tersebut yang mengangkut sekitar 130 pengungsi, menurut pernyataan dari regu penyelamat.
Menurut perkiraan kronologi awal, kelompok humanitarian Eropa SOS Méditerranée mendapatkan laporan dari telepon darurat kelompok penyelamat Mediterania di hari Selasa atas adanya tiga perahu di perairan Libya yang meminta tolong. Ombak di area tersebut saat itu sampai mencapai enam meter.
Kapal SOS Méditerranée, Ocean Viking dan juga beberapa perahu kecil lainnya langsung pergi ke area tersebut, namun mereka tidak menemukan siapapun, tapi mereka melihat ada 10 jasad sudah mengapung.
“Hari ini, setelah melakukan pencarian selama berjam-jam, apa yang kami takutkan terjadi,” kata Luisa Albera, koordinator regu penyelamat di Ocean Viking. “Kru Ocean Viking melihat hasil yang mengerikan dari tenggelamnya perahu karet di daerah timur laut Tripoli. Menarut laporan panggilan darurat, perahu tersebut ditumpangi oleh 130 orang pada Rabu pagi,” tambahnya.
“Kami meresa sangat sedih. Kami turut berduka cita kepada jiwa-jiwa yang hilang dan juga untuk keluarga yang kemungkinan tidak akan pernah tahu apa yang terjadi kepada keluarga tercintanya,” tutupnya.
Menurut penerima telepon darurat, ia mengatakan “Mereka bisa saja ditolong namun semua pihak otoritas begitu saja meninggalkan mereka di lautan untuk mati”.
Layanan telpeon darurat mengklaim kalau mereka sudah melakukan kontak dengan perahu-perahu tersebut selama 10 jam pada tanggal 21 April, dan berulang kali mengirimkan posisi GPS mereka kepada otoritas Eropa dan Libya dan bahkan ke khalayak umum.
Dikabarkan semua otoritas Eropa menolak untuk melakukan operasi pencarian dan malah menunjuk otoritas Libya sebagai otoritas yang lebih berkompeten.
“Namun, penjaga pantai Libya menolak untuk meluncurkan operasi penyelamatan, meninggal 130 orang di lautan yang ganas selama semalaman,” katanya.
“Tidak bisa dipungkiri kalau sistem patrolinya masih kurang efisien dan itu tidak bisa diterima. Harus ada perubahan untuk hal ini,” kutip juru bicara agensi imigrasi PBB untuk Italia, Flavio Di Giacomo di Twitternya.
(RAG)