Hot Topic

Kasus Novel Lazim Terjadi, Polisi Bukan Paranormal

Channel9.id-Jakarta. Organisasi Amnesty Internasional, membawa kasus penyiraman air keras penyidik senior KPK Novel Baswedan yang belum terungkap siapa pelakunya ke Kongres Amerika. Kata pengamat kepolisian, polisi bukan paranormal yang bisa meramal cepat lambatnya pengungkapan kasus pidana.

Kombes Pol. (Purn) Alfons Loemau, yang juga mantan penyidik senior di Mabes Polri menyebutkan ini terlalu berlebihan jika kasus pidana seperti yang dialami penyidik Novel Baswedan di bawa-bawa jadi isu internasional.

“Kecuali polisi di dalam negeri tidak bekerja. Ini polisi, tim ahli, bahkan penyidik dari KPK sendiri ikut gabung bekerja. Bahkan, akan ada tindak lanjut. Ada agenda yang jelas dari tim yang bekerja. Kalau hasilnya belum terungkap, karena polisi bukan paranormal yang bisa meramalkan hasil kerja penyidikan. Mereka bekerja sesuai fakta dan data,” katanya.

Pengalaman Alfons selama 30 tahun di bidang reserse, penyidik kepolisian akan mengalami kesulitan jika menghadapi saksi korban yang tidak kooperatif. “Apalagi penuh kecurigaan, bersikap apriori dan cenderung memaksa ceritanya sendiri. ‘Kan nampak dari betapa repotnya penyidik meminta keterangan Novel, tetapi kepada media dia gampang sekali berbicara,” ujarnya.

Karena di dalam kasus seperti Novel, yang bekerja di lembaga seperti KPK yang banyak sekali menangani kasus korupsi. Untuk mengungkapkannya, penyidik seperti berada di antara kotak teka-teki silang yang banyak kosongnya. Tugas menyusun puzzel ini tidak sederhana,” kata Alfons yang pernah bergabung di tim penyidik internasional jatuhnya pesawat Silk Air Singapura di Sungai Musi Palembang.

Bekerja memberantas korupsi, juga besar resikonya sehingga harus dilakukan hati-hati tidak boleh over acting karena merasa power full dan tidak tersentuh hukum. Karena banyak kalangan yang juga menyimpan dendam. Alfons pun mencontohkan, tewasnya Perdana Menteri Italia 1978 Aldo Moro, perdana menteri dua periode dan orang kuat di Italia yang paling getol memberantas mafia, ia berakhir tragis tewas diculik dan dibunuh gangster di Kota Roma.

Lebih lanjut Alfons menyebut di dalam dunia kriminalitas ada istilah “dark number” atau kasus yang belum terungkap. Kasus Novel bukan satu-satunya yang istimewa, katanya. Ada kasus pembunuhan mahasiswa UI yang mayatnya ditemukan di Danau UI. Ada kasus pembacokan anak Kepala Biro Provost Mabes Polri Brigjen Pol. Hendro Pandowo yang dibacok orang di sekitar Pasar Minggu, belum terungkap pelakunya padahal polisi sudah bekerja maksimal.

Atau kasus yang kemudian terungkap setelah lebih tiga tahun, seperti kasus Bom Duta Besar Filipina Leonides Caday di Jalan Imam Bonjol Jakarta 1999, yang baru terungkap hampir empat tahun setelahnya, ketika polisi bisa membongkar para pelaku bom Bali 1 pada sekitar 2002. Bahkan kasus peledakan bom di kedubes RI di Paris Perancis 2000 dan 2012 sebanyak dua kali yang ditangani seluruh polisi dan aparat intelejen Uni Eropa yang sampai kini hampir lebh tujuh tahun belum terungkap juga.

Jadi menurut Alfons Loemau, kasus tindak pidana semua bergantung dari alat bukti, saksi, alat bantu lain seperti CCTV. Jadi tunggu saja tim yang bekerja, tak relevan membawa kasus ini ke dunia internasional, katanya.

Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  7  =