Kecewa dan Sedih Warga Afghanistan Atas Ledakan di Sekolah Perempuan
Internasional

Kecewa dan Sedih Warga Afghanistan Atas Ledakan di Sekolah Perempuan

Channel9.id-Afghanistan. Disaat matahari mulai terbenam, Latifah masih sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk keluarganya berbuka puasa. Tak lama kemudian dia mendengar suara ledakan. Suara ledakan itu menakuti kedua putrinya yang baru saja pulang sekolah. Ibu berusia 28 tahun itu berusaha menenangkannya sambil pergi ke jendela untuk melihat apa yang terjadi, dilaporkan oleh Al Jazeera Minggu (9/5/2021).

Disaat dia melihat keluar dari jendela, dia mendengar suara ledakan lagi yang nampaknya lebih dekat dari yang sebelumnya. Lalu terdengar lagi suara ledakan lagi, dan kali ini yang paling keras. Jarak ledakan itu menakutinya. Rumah sederhananya itu terletak hanya beberapa ratus meter dari sekolah Syed Al-Shuhada, sebuah sekolah perempuan.

Ia melihat orang-orang berlarian menolong mereka yang terluka dan juga meninggal. Ia mengatakan kalau kejadian itu sudah seperti hari kiamat.

Saat ini jumlah korban meninggal ledakan tersebut sudah mencapai 58 orang, dengan 100 lainnya mengalami luka-luka.

“Hatiku benar-benar hancur. Gadis-gadis muda ini tidak salah apa-apa,” ujarnya.

Pada minggu pagi, rasa sedih itu berubah menjadi marah.

Lebih dari 12 jam setelah terjadinya ledakan, tidak ada kelompok, termasuk Taliban, yang mengaku kalau merekalah yang melancarkan serangan. Kejadian ini adalah kali keduanya siswa-siswa Afghanistan diserang pada beberapa minggu akhir ini. Pada 30 April sebuah bom mobil meledak di dekat rumah tamu dimana para siswa tinggal di daerah timur provinsi Logar. Serangan itu juga masih belum diketahui siapa yang melakukannya.

Para penduduk berkata pada Al Jazeera kalau pemerintah sangat sedikit kontribusi untuk menjaga keamanan Dasht-e-Barchi walaupun mereka sudah tahu kalau daerah itu sudah sering diserang oleh kelompok-kelompok yang bersumpah setia dengan ISIS.

Mohammad Ehsan Haidar, yang bekerja di pabrik dekat terjadinya salah satu ledakan, mengatakan kalau ia terkejut dengan lambannya respon dari polisi dan pasukan intelijen.

“Saya menelpon polisi pada pukul 16:33, mereka mengatakan mereka sudah tahu apa yang terjadi disana dan sudah mengirimkan bantuan kesana sesegera mungkin,” ujar Haidar. Namun menurut Haidar dan warga lainnya, para petugas kepolisian baru tiba setelah beberapa jam kemudian.

Haidar tidak mau bergantung kepada polisi, ia langsung pergi ke lokasi setelah ledakan pertama terjadi dan dengan cepat membawa seorang gadis yang terluka ke rumah sakit terdekat.

“Dia hanya terbaring disana tak sadarkan diri, dia masih sangat muda, mungkin masih berusia 14 tahun. Saya langsung membawanya ke mobil saya dan pergi ke rumah sakit terdekat,” ujarnya kepada Al Jazeera, ia juga mengatakan kalau ia melihat lima jenazah – tiga gadis, pria tua dan seorang anak laki-laki.

Namun, ia kesulitan untuk sampai ke rumah sakit dengan cepat karena jalanan dipenuhi oleh orang-orang.

“Warga semakin ramai, orang-orang berusaha menyelamatkan siapapun yang butuh bantuan untuk dibawa ke rumahnya atau ke rumah sakit,” kata Haidar. Selain itu, ia dan warga lainnya mengatakan kalau polisi dan juga ambulans datangnya terlambat.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  75  =  76