Lifestyle & Sport

Kehilangan Indera Penciuman dan Perasa Jadi Gejala Umum Covid-19

Channel9.id-Jakarta. Kehilangan indera penciuman dan perasa didapati sebagai gejala Covid-19 paling umum. Temuan ini menggugurkan anggapan sebelumnya, yang menyebutkan bahwa batuk kering dan demamlah yang menjadi gejala umum Covid-19.

Data teranyar tersebut berdasarkan hasil temuan para peneliti di Pusat Statistik Nasional Inggris, setelah melacak data statistik terkait gejala yang ditimbulkan akibat infeksi virus corona. Data statistik pada periode 15 Agustus hingga 26 Oktober ini menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang kehilangan indera penciuman dan perasa, daripada gelaja lainnya.

“Gambaran keseluruhan memperlihatkan bahwa gejala kehilangan kemampuan mencium dan merasa atau mencecap paling banyak terjadi di semua umur,” ungkap laporan tersebut, Rabu (25/11).

Secara rinci, ada 20-40% pasien berusia 35 tahun ke atas yang kehilangan indera penciuman dan perasa. Hanya 15-25% di antaranya yang mengalami demam. Sementara itu, yang mengalami batuk hanya 13-18%.

Di kelompok lain yang usainya lebih muda, 60% di antaranya kehilangan indera penciuman dan perasa. Hanya 15-25% yang melaporkan demam, dan kurang dari 10% yang melaporkan batuk.

Hanya sedikit anak-anak yang mengalami gejala batuk. “Tingkat anak-anak usia sekolah yang positif COVID-19 dan mengalami gejala batuk tetap rendah selama periode tersebut (saat ini sekitar 5%),” lanjut laporan tersebut. Bahkan, sepertiga anak-anak yang positif Covid-19 tak mengalami satu dari 20 gejala yang dialami orang dewasa. Artinya banyak dari mereka yang tak bergejala.

Untuk diketahui, sejumlah penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa anosmia atau hilangnya kemampuan indera penciuman menjadi salah satu gejala khas pada penderita Covid-19. Virus yang menginfeksi penderita disebut menyerang indera penciuman dan memblokir fungsi vital untuk sementara.

Anosmia tak hanya dialami pasien bergejala, tetapi juga bisa dialami oleh kelompok tak bergejala. Pada Covid-19, anosmia umumnya terjadi tanpa diiringi hidung tersumbat.

Lebih lanjut, peneliti bahkan menyebut bahwa anosmia kemungkinan bisa menjadi patokan untuk mendeteksi dini keberadaan virus corona.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

79  +    =  81