Nasional

Keluarga Besar Gelar Doa Bersama Kenang Toeti Heraty Noerhadi

Channel9.id – Jakarta. Keluarga besar dan kerabat menggelar tahlil dan doa bersama memperingati 40 hari wafatnya Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi pada Kamis 22 Juli 2021.

Sejumlah tokoh hadir dalam doa bersama ini, di antaranya Prof. Saparinah Sadli, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Dr. Hilmar Farid, Anggota AIPI Dr. Tamrin Amal Tomagola, Komisaris Utama Pertamina Ir. Basuki Tjahaja Purnama, dan Dosen IKJ Doloroso Sinaga.

Pembacaan Doa dan Yaasiin dipimpin oleh Muhammad Suharli. Sementara, pembacaan Tausiyah disampaikan oleh Prof Nasaruddin Umar.

Di hadapan 500 peserta yang hadir melalui zoom, Nasaruddin menyampaikan, Toeti Heraty merupakan sosok manusia langka yang dimiliki bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia, kata Nasaruddin, kehilangan sangat besar atas kepergian beliau.

“Kita kehilangan betul, kita kehilangan besar. Tinggal sedikit, kita bisa hitung jari, orang yang seperjuangan seperti almarhumah,” ucap Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Nasaruddin menyatakan, Toeti Heraty merupakan sosok yang mencurahkan hidupnya untuk perjuangan kemanusiaan dan kepentingan bersama. Karena itu, sosok Toeti tidak akan pernah mati. Dia akan tetap hidup.

Baca juga: Rektor Perempuan Pertama IKJ Toeti Heraty Noerhadi Tutup Usia

“Almarhumah, tidaklah wafat. Karena keseluruhan hidupnya dicurahkan untuk memperjuangkan kemanusiaan di jalan Allah SWT. Orang yang meninggalkan egonya untuk jalan publik dan kemanusiaan, itu tidak pernah mati. Dia akan tetap hidup. Beruntunglah, berbahagialah Prof. Toeti Heraty, diabadikan tidak pernah wafat,” kata Nasaruddin.

Prof. Saparinah Sadli menyampaikan, Toeti adalah contoh pejuang kehidupan. Di masa pandemi Covid-19, Toeti tidak pernah mengeluh dan berputus ada. Menurutnya, Toety merupakan lansia tangguh.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Dr. Hilmar Farid menilai, Toeti merupakan intelektual publik yang luar biasa. Intelektualitas Toeti tidak hanya berkutat pada ruang kelas saja, tapi dicurahkan untuk membantu orang banyak.

“1990an, Ibu Toeti membuka rumahnya di Cemara jadi Galeri Cemara. Galeri itu jadi tempat diskusi, tempat dipersatukannya keinginan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. Di sana juga menjadi tempat tumbuhnya pemikiran kritis dan sebagian juga sebagai tempat perjuangan,” kata Hilmar.

“Tidak hanya Galeri Cemara, kita ingat kantor di kompleks Megaria juga dibuka untuk Gerakan Ibu Peduli pada 1998 yang membantu gerakan reformasi,” ujar Hilmar.

Dosen IKJ Doloroso Sinaga menyampaikan, dibuatnya Galeri Cemara, karena Toeti melihat kreativitas seseorang harus dibangun. Dengan membangun kreativitas, seseorang juga akan memiliki pola berpikir kritis.

“Terimakasih Ibu Toeti sudah mendidik kami untuk menjadi seniman dan pemimpin,” ujar Doloroso.

Dalam kegiatan ini, Jajang C Noor diundang untuk membacakan sajak karya Toeti Heraty. Pembacaan sajak juga dibacakan oleh dua cucunya yakni Talissa Andhara dan Carin Andyline. Sebetulnya, Goenawan Mohamad direncanakan membacakan sajak karya Toeti. Namun, Goenawan tidak bisa hadir karena sakit. Kegiatan ini ditutup dengan penampilan Piano oleh Ananda Sukarlan.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

86  +    =  89