Channel9.id-Jakarta. Perempuan yang baru melahirkan kerap diserang sindrom baby blues. Sindrom ini terjadi karena banyaknya perubahan fisik dan mental secara cepat, drastis, tiba-tiba, serta mengejutkan pascamelahirkan.
Seringkali kemunculan sindrom ini tak disadari oleh si ibu dan orang terdekatnya. Kendati demikian, fakta menunjukkan setidaknya 7 dari 10 ibu pascamelahirkan pernah mengalaminya. Angka ini menunjukkan, sindrom ini memang kerap muncul.
Di minggu pertama setelah persalinan, biasanya, terjadi perubahan suasana hati pada ibu akibat sindrom ini. Namun, ada juga yang baru mengalaminya setelah beberapa minggu setelah persalinan, di saat ibu masih beradaptasi dengan si anak.
Berikut ini sejumlah tanda-tanda bila diserang sindrom baby blues.
a. Tak nafsu makan
b. Tak sabaran dan lebih mudah tersinggung atau marah
c. Merasa sedih atau menangis tanpa alasan yang jelas
d. Mudah merasa khawatir terhadap hal-hal kecil
e. Merasa lelah dan tak bertenaga
f. Konsentrasi menurun dan mudah melakukan kesalahan tanpa sengaja. Seperti, lupa menaruh barang, dan sebagainya.
g. Saat bayi sudah tidur, ibu tetap kesulitan tidur.
Kendati sindrom baby blues umumnya dialami oleh ibu, pada sejumlah kasus, sindrom ini pun bisa dialami oleh sang ayah.
Penanganan Baby Blues
Untuk menangani sindrom ini, dibutuhkan dukungan yang cukup dari pasangan dan orang terdekat terhadap ibu. Ibu juga harus membuka diri dan bicara dengan orang disekitarnya tentang apa yang dirasakan dan bantuan apa yang diharapkan.
Selain itu, si ibu harus memiliki waktu sendiri dan tidak melulu memikirkan serta mengurus si anak. Ini setidaknya memiliki waktu 30-60 menit sehari untuk melakukan hal lain yang bisa menenangkan pikiran sejenak.
Dengan dukungan yang baik dari pasangan dan orang terdekat, sindrom baby blues umumnya bisa diatasi dengan baik dan tak berlanjut menjadi depresi.
Sebagai catatan, sindrom baby blues merupakan hal wajar yang dialami oleh perempuan yang baru melahirkan. Sebab sindrom ini terjadi karena perubahan hormonal yang drastis setelah melahirkan, sehingga diduga menyebabkan perubahan senyawa kimiawi di otak.
Selain itu, si ibu harus beradaptasi dengan banyak hal, seperti perubahan jam tidur, gejolak emosi yang bercampur aduk, perubahan rutinitas sehari-hari, dan perubahan perlakuan orang-orang terdekat.
Sindrom baby blues dianggap normal bila hanya terjadi selama beberapa jam setiap harinya, dan menghilang secara perlahan dalam dua minggu pasca melahirkan.
Namun, jika sindrom ini terjadi berkepanjangan, berlangsung setiap hari dan lebih dari dua minggu atau lebih, bahkan hingga membuat si ibu tak mampu mengurus anaknya dengan baik benar, berkonsultasilah dengan dokter. Gejala ini sudah mengarah pada depresi pasca melahirkan yang membutuhkan pertolongan secara medis.
(LH)