Channel9.id-Jakarta. Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah pernyataan Iran, yang menyebutkan telah menangkap 17 orang yang diduga mata-mata CIA dan telah menghukum mati mereka. Trump menyebut klaim Iran tersebut “sepenuhnya salah”.
“Laporan yang menyebut Iran telah menangkap mata-mata CIA itu sepenuhnya salah. Nol besar. Hanya berupa kebohongan dan propaganda (seperti saat Iran klaim telah menembak drone milik AS) yang dikeluarkan oleh Regim Keagamaan yang sangat gagal dan tidak tahu harus berbuat apa. Ekonomi Iran hancur, dan semakin memburuk. Iran benar-benar kacau”, tulis Trump di akun Twitter-nya Senin (22/7).

Trump mengatakan akan bertemu dengan pemimpin Iran untuk membuat kesepakatan nuklir dan beberapa isu keamanan lainnya, tapi Teheran menolak tawaran tersebut, dengan mengatakan tidak akan terbuka dengan sanksi yang masih ada.
Sebelumnya, Iran mengumumkan penangkapan itu di media pemerintah, dengan menyebutkan telah menangkap mata-mata CIA dalam 12 bulan terakhir hingga Maret 2019. Bahkan beberapa dari yang ditangkap telah dieksekusi mati.
Iran menyebut mata-mata itu teridentifikasi dipekerjakan di pusat-pusat sektor swasta yang sensitif dan vital di bidang ekonomi, nuklir, infrastruktur, militer, dan siber di mana mereka mengumpulkan informasi rahasia.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga meragukan penangkapan tersebut. Dalam salah satu wawancara di televisi, Senin (22/7), ia menyebut “Regim Iran mempunyai sejarah kebohongan yang panjang”.
Ketegangan antara Iran dan AS semakin memuncak belakangan ini. Serangan pertama Iran sejak 2016, saat menembak jatuh pesawat tanpa awak canggih Global Hawk milik AS seharga 176 juta dolar Amerika di Selat Hormuz, membuat murka Trump.
Iran menyebut Globak Hawk sudah masuk wilayah Iran dan sah untuk ditembak jatuh. Sedangkan AS bersikukuh pesawatnya masih berada di zona internasional.
Setelah insiden itu, keduanya saling serang di media. Iran bahkan menantang AS dengan berkali-kali mengatakan bahwa kekuatan tempur mereka siap sedia jika diajak duel AS.
Paman Sam tentu tidak tinggal diam. AS berusaha menggalang koalisi dengan beberapa negara sekutunya, dengan tujuan ingin menjamin kebebasan bergerak bagi kapal-kapal komersial di perairan strategis sekitar Semenanjung Arab.
Diketahui, hampir sepertiga dari minyak dunia diangkut melalui kawasan laut ini, yang dalam beberapa minggu terakhir dilanda ketegangan.