Jerebu di Kuala Lumpur
Internasional

Ketika Jerebu Kembali Selimuti Kuala Lumpur

Channel9.id-Kuala Lumpur. Langit Kuala Lumpur memudar kelabu. Kabut asap tipis berkelebat menaungi lanskap kota. Jerebu datang dari selatan, seakan mengiringi Ki Dalang Haryo Entus Susmono, yang menggelar Pentas Wayang Santri, di ibukota Malaysia itu, pada 26 dan 27 Juli 2025.

Media setempat melaporkan, asap kabut berembus melewati Negeri Sembilan lalu membuat Indeks Pencemaran Udara (API) Kuala Lumpur, pada 24–25 Juli, berada di kisaran 52–100. Angka ini memang masih berkategori moderate. Tapi, The Star melaporkan,  level API sempat mencapai 132 di Distrik Cheras, 12 km di selatan pusat kota,  pada 21 Juli, dan menjadi titik puncak lokal sementara dengan kategori Unhealthy.

Mayoritas kawasan KL Laut menunjukkan API antara 51–100 (moderate). Konsentrasi PM2.5 diperkirakan antara 25–35 µg/m³, masih di bawah level berbahaya, namun sudah cukup menimbulkan keprihatinan karena menyebabkan masalah kesehatan ringan.

Laporan klinik menyebut peningkatan kunjungan ringan terkait iritasi mata dan batuk pada warga rentan, meski tidak mencapai lonjakan angka pasien serius. Malay Mail menulis, Department of Environment Malaysia menganjurkan penggunaan masker N95 bagi lanjut usia dan penderita asma. Michael Brauer, Guru Besar  University of British Columbia, menyatakan bahwa paparan PM2.5 dalam konsentrasi sedang tetap meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular secara bertahap.

Sementara itu, dari Sumatera dilaporkan, titik kebakaran melonjak hingga sekitar 1.208 hotspot per 20 Juli, dengan 586 titik di Riau. AP News menulis, kawasan terdampak utama adalah Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, dan Siak dengan lahan terbakar mencapai lebih dari 500 hektare dalam tempo singkat.

Pemerintah Indonesia, melalui BNPB, telah melakukan cloud seeding hingga 25 Juli, menangkap 44 tersangka pembakaran ilegal, serta memberlakukan moratorium izin konsesi baru di lahan gambut. Menteri Kehutanan menegaskan bahwa sebagian besar kebakaran disebabkan oleh aktivitas manusia bukan faktor cuaca alami.

Citra satelit NOAA dan ASMC menunjukkan asap tersebut menyebar menyeberangi Selat Malaka memasuki Negeri Sembilan lalu Kuala Lumpur pada 22–23 Juli. Kabut asap terlihat tipis menyelimuti kota, tanpa menurunkan visibilitas secara signifikan.

Seorang warga KL, Hamzah (28 tahun), melaporkan bahwa aktivitas joging terasa kurang nyaman. Mata pedih. Napas terasa berat meski tidak sesak. Lain lagi dengan Xiao Ying (52 tahun), perempuan pedagang makanan itu merasa harus menggunakan masker setiap hari karena asmanya sering kambuh.

Catatan jerebu di Malaysia pernah merekam beberapa kejadian buruk beberapa tahun silam.  Tahun 2013, kota Muar (Johor) mencatat API hingga 746, memicu keadaan darurat dan penutupan sekolah serta pertemuan publik (Wikipedia). ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution mulai berlaku sejak ratifikasi Indonesia pada 2014 (Wikipedia). Tahun 1997 dan 2015 juga tercatat sebagai era kelam bagi langit Malaysia gegara jerebu dari Indonesia.

Pengalaman lama itu yang dikhawatirkan akan terulang saat ini. Pemerintah Malaysia melalui Direktur Jenderal DOE, Datuk Wan Abdul Latiff Wan Jaffar, juga menyatakan penurunan kualitas udara di beberapa wilayah disebabkan oleh jerebu lintas batas. Tidak ditemukan kebakaran lokal besar di Kuala Lumpur tapi API di beberapa distrik menjadi tidak sehat. Rencana mitigasi mencakup patroli lapangan, aktivasi National Haze Action Plan, serta peringatan bagi publik untuk tidak melakukan pembakaran terbuka.

Jakarta menegaskan sudah dilakukannya operasi darat dan udara, cloud seeding, dan penegakan hukum secara optimal.  Upaya ini diharapkan menekan potensi kabut asap menjadi lebih tebal. Sejauh ini, Indonesia masih berhasil menjaga sebagian besar hutan-hutannya tidak lantak dimakan API.

Di luar soal ini, sesunggguhnya, ada yang lebih serius, yang bisa mencemari langit Malaysia. Alih-alih kabut lintas batas,  ancaman nyata justru datang dari asap lalu lintas. Pantauan di Kuala Lumpur memperlihatkan kemacetan terjadi amat parah, panjang, dan lama, setiap hari, di banyak ruas jalan.

Statistik Transportasi Malaysia 2024 mencatat pertumbuhan kendaraan bermotor tahunan 6,3 %, dengan lebih dari 33 juta unit terdaftar di 2025—lebih dari separuh beroperasi di kawasan Klang Valley. Harga bensin termurah di Asia Tenggara, sekitar RM 2.05 per liter (≈Rp 6.800), mendorong konsumsi bahan bakar semakin tinggi. Emisi kendaraan kini menjadi kontributor utama PM2.5 urban.

Asap kendaraan menyelimuti kota tanpa sinyal darurat lintas batas. Jerebu hutan mungkin selalu datang pada musim kemarau, setiap tahun. Tetapi polusi jalanan berkembang tanpa jeda, setiap pagi, setiap hari.

Baca juga: Penutupan Tour Wayang Santri Malaysia 2025: Diaspora Indonesia Kumpul di KBRI Kuala Lumpur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

58  +    =  64