Channel9.id-Jakarta. Kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan kontemplasi. Tak terkecuali pelaku usaha media massa.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh pada Konvensi Nasional Media Massa yang bertemakan “ Pers Nasional Bangkit dari Krisis Akibat Pandemi Covid-19 dan Tekanan Disrupsi Digital, Senin (08/02).
Mohammad Nuh menyebutkan, ada tiga kontemplasi harus menjadi pelajaran semua pihak. Pertama, harus melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan zaman.
“Pertama, kita harus berubah, mau enggak mau, sebab sinyal perubahan itu sudah 20 tahun lalu pada saat ramai-ramainya teknologi digital. Yang semua juga paham teknologi digital itu sebagai purpose of technology yang semua bidang membutuhkannya, tetapi kita tampaknya agak enggan untuk berubah itu,”ujarnya.
Baca juga: Dewan Pers Mengusulkan Stimulus Kepada Perusahaan Media
Mohammad Nuh menilai, keengganan untuk berubah ini, apabila ada perubahan tampaknya sangat evolutif. Akan tetapi ciri khas manusia adalah apabila taruhannya hidup dan mati, dan Covid-19 memaksa semua pihak untuk melakukan perubahan.
Kedua, lanjutnya, pelajaran pentingnya membangun kekuatan kekitaan. Dampak pandemi Covid-19 tak hanya masalah kesehatan, namun juga memukul industri lainnya.
“Itu memberi pelajaran kepada kita bahwa bisa jadi hanya satu sektor dan dampak adalah sistemik seperti sekarang ini. Dari situlah saya tidak ada artinya, aku enggak ada artinya, apa yang saya miliki tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang saya tidak miliki. Apa yang aku ketahui, tidak ada apa-apa dengan yang aku tidak ketahui, tetapi kekuatan itu ada di kita,”beber Mohammad Nuh.
Ia menekankan, kekitaan itu harus terus dibangun pada saat-saat seperti ini. Mohammad Nuh menyebut, pihaknya sangat berterima kasih kepada media yang tetap memiliki optimisme dan empati publik. Pasalnya, jawaban dalam menghadapi persoalan besar adalah empati.
“Allhamdulliah kawan-kawan pers telah mampu menggelorakan optimisme itu dan menumbuhkan empati publik luar biasa,”ucapnya.
Ketiga, menurut Mohammad Nuh pelajaran pentingnya keutuhan. Situasi ini tidak boleh lagi terjebak dengan atau paradigma yakni apakah yang penting itu substansi dari media atau media sebagai kendaraan, tetapi kedua-duanya.
“Karena kesempurnaan itu bukan di atau tetapi ada di dan. Dan substansi media dari media itu adalah data informasi, knowledge (pengetahuan), dan wisdom (kebijaksanaan). Oleh karena itu, ini harus kita kelola oleh dengan baik,”tandasnya.