Channel9.id-Bandung. Kafe untuk anak muda menjamur di Kota Bandung. Salah satu tren kafe yang cukup berkembang di Bandung ialah kafe perpustakaan. Salah satu yang terkenal adalah Kineruku. Kineruku berada di Jalan Hegarmanah 52, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.
Kineruku berdiri sejak 29 Maret 2003. Pada mulanya, kafe ini bernama Rumah Buku Kineruku. Akan tetapi, pada Januari 2012 berubah menjadi Kineruku.
Ide mendirikan kafe perpustakaan terinspirasi saat pendirinya studi di Chicago. Dia banyak melihat kafe perpustakaan yang banyak dikunjungi orang. Dia ingin mendirikan konsep serupa di Indonesia.
Saat kembali ke Indonesia, dia mewujudkan ide itu di sebuah rumah kosong peninggalan kakeknya. Kineruku didirikan sebagai alternatif pusat referensi buku-musik-film di mana publik bisa mengaksesnya dengan mudah.
Pegiat literasi yang juga pendiri Kineruku, Iriani Rani Darmawan menuturkan, generasi milenial tetap masih membutuhkan buku di tengah membanjirnya informasi di media sosial dan mesin pencari seperti Google.
Menurutnya, tren penjualan buku di Kineruku cenderung meningkat sejak 2017 dan 2018. Peningkatan ini diprediksi terjadi di 2019. Dengan tren ini ia optimis budaya literasi masih akan tetap tumbuh.
“Faktornya mungkin bisa berbagai macam orang masuk (Kineruku) dan menggemari buku. Awalnya gaya-gayaan, instagrammable, mungkin baca buku untuk cari caption di Instagram, kan Instagram suka ada captionnya, kalau googling di google bisa habis, jadi cari di buku,” tutur Rani, Jumat (25/10).

Sebelum masuk ke dalam Kineruku, pengunjung disediakan loker-loker untuk menitipkan barangnya. Pengunjung tidak diperbolehkan membawa tas dan kantong. Hal ini dilakukan untuk mencegah pencurian buku.
Kemudian, di ruangan Kineruku pengunjung akan melihat rak-rak buku yang tersusun rapi dipisahkan berdasarkan genre seperti sastra, filsafat dan sejarah. Buku-buku ini boleh dibaca sesukanya tanpa harus bayar.
Untuk lebih melengkapi pengalaman pengunjung, Kineruku menyediakan menu-menu makanan yang bisa dipesan di tempat. Seperti nasi goreng special ruku, chicken fillet, ruku french fries, dan juga ada menu minuman favorit seperti es timun, turkish coffee, dan teh poci.
Komoditas tersebut sebagai nilai tambah dari buku, misalnya merchandise, café yang menyediakan makanan dan kopi, dengan harapan pengunjung yang datang bukan hanya kutu buku tetapi juga calon kutu buku. Mereka bisa ngopi dan makan dan kemudian membaca buku.
“Menurut saya itu (nilai tambah) penting, bukan kita terus gantungkan diri dari pemasukan di luar buku. Tapi kalau kita jualan buku kita harap yang datang senang buku, padahal kita pengin di luar kutu buku datang dan tertarik beli buku di kemudian hari,” katanya.
(vru)