Nasional

Kisah Mantan Positif COVID-19

Channel9.id-Jakarta. Sudah enam pekan Covid-19 mewabah di negeri ini, sejak pertama kali kasus ini terungkap pada 2 Maret 2020. Kini, telah lebih dari 2.000 orang di Indonesia terinfeksi virus tersebut. Hingga 7 April 2020, tercatat 2.491 kasus baru Covid-19, 221 orang meninggal dunia, dan 204 dinyatakan sembuh. Ya, sembuh. Virus ini bisa dilawan. Berikut pengalaman salah satu survivor Covid-19 di Jakarta.

Nama saya Simon Nainggolan. Izinkan saya berbagi pengalaman menjadi penderita positif COVID19.

Bermula dari ibu mertua saya yang sakit demam dan sesak nafas sejak  14 Maret 2020. Pada 18 Maret 2020, kami bawa ibu mertua ke Rumah Sakit (RS) Bunda untuk dirawat. Ternyata menurut dokter beliau harus langsung diisolasi di ruang Instalagi Gawat Darurat (IGD ) yang sudah diubah menjadi ruang isolasi bagi penderita COVID19.

Pada  20 Maret 2020, saya mulai merasakan demam. Dua hari kemudian, karena terus  demam saya memutuskan ke dokter paru-paru di RS Bunda. Hari itu saya dan istri di test swab dan juga foto rontgen paru-paru. Pada hari berikutnya dokter paru-paru melihat ada bercak-bercak di paru-paru kanan. Dokter menyatakan  saya  COVID19 dan diminta mengisolasi diri. Saya kemudian memilih untuk self-isolated  di rumah karena kebetulan ada kamar kosong di lantai 2.

Sejak itu saya tidak lagi bertemu dengan siapa pun. Makanan diantar dan diletakkan di pintu kamar. Alat-alat makan saya tersendiri dan mencuci sendiri setelah makan.  Obat-obatan saya minum sesuai resep dari dokter paru-paru. Saya mulai rajin minum vitamin C, D, dan E. Rajin minum jus buah-buahan dan tentunya obat paracetamol karena demam saya terus menerus tidak turun. Untungnya saya tidak sesak nafas.

Pada 26 Maret berita mengejutkan datang pada dinihari jam 3 pagi. Ibu mertua saya meninggal dunia. Sungguh sebuah pukulan yang luar biasa menyedihkan. Saya dan istri sekuat tenaga mengurus semua keperluan penguburan, karena sesuai protap pemerintah dalam waktu secepat-cepatnya jenazah harus segera dikubur. Di sinilah kepedihan demi kepedihan kami harus jalani. Kami hanya berdua saja mengurus agar bisa segera selesai. Singkat cerita jam 8 pagi jenazah di bawa ke pemakaman di San Diego Hills. Hanya istri saya dan seorang pendeta dari gereja kami yang menyusul untuk melaksanakan penguburan. Saya sendiri tidak bisa mendampingi istri  karena  masih demam tinggi dan self-isolated. Hancur hati kami melihat kondisi seperti ini.

Siangnya istri saya mengirim foto-foto  penguburan. Sangatlah memilukan. Ibunda kami terkasih harus dikubur dengan dibungkus plastik dan tak ada handai taulan serta teman-teman  yang  ikut mengantar kepergian beliau yang sangat mendadak…

Hari selanjutnya kami harus jalani dengan tegar. Istri saya dengan cucuran airmata memohon agar saya dapat berjuang melawan penyakit ini. Dia mengatakan tak akan sanggup lagi kalau harus menguburkan lagi orang yang  dia kasihi. Hati saya hancur mendengarnya, sekaligus menjadi penyemangat agar bangkit dan melawan virus ini.

Beberapa hari kemudian saya masih tetap demam. Hasil swab kami keluar dan vonis itu pun datang. Saya dan istri positif COVID19. Tetapi untungnya anak kami negatif..  (biasa orang kita udah kemalangan tetap ada untungnya).

Istri saya sendiri tidak mengalami demam sama sekali, jadi dia masih bisa beraktivitas di rumah menyiapkan banyak hal untuk mendukung pemulihan saya. Banyak sekali nasihat kepada kami yang intinya kami harus kuat dan tidak larut di dalam kesedihan. Sayapun mengikuti anjuran demi anjuran.

Setiap pagi saya sudah bangun jam 4 pagi  langsung makan sepotong roti dan minum vitamin. Jam 8 pagi saya sarapan dan minum vitamin-vitamin lagi. Dalam sehari saya bisa meminum vitamin C hingga 2000 mg,  tetapi saya banyak minum air putih hingga lebih dari 3 liter per hari. Oh iya, kalau malam tenggorokan terasa sangat  kering, seperti rasanya mau retak. Jadi setiap terbangun saya minum 1 atau 2 teguk air utk membasahi tenggorokan. Selama demam,  badan rasanya patah-patah dan  linu di setiap sendi. Saya lawan dengan terus meminum semua vitamin. Selain obat dari dokter, saya juga minum air rebusan daun sirih merah (konon ini sangat membantu melawan virus COVID19) sambil tentunya tak lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi kesembuhan dan kekuatan. Saya percaya kalau Tuhan di sisi kita apapun tidak bisa melawan. Saya percaya kesembuhan hanya menunggu waktu. Satu hal lagi yang saya lakukan adalah: saya berhenti menonton TV, mendengar berita-berita yang menakutkan dan menyedihkan tentang COVID19. Saya ingin fokus pada usaha pemulihan dengan optimis.

Akhirnya mujizat Tuhan itu hadir. Pada 1 April demam saya mendadak hilang. Saya tidak merasakan demam sama sekali. Tubuh saya mulai recovery. Saya terus menerus minum vitamin dan tidak lupa berjemur dari jam 9 pagi sampai jam 10. Sedikit demi sedikit badan saya semakin pulih.

Hari Senin, 6 April, saya dan istri test swab lagi di RSPAD. Hari ini Selasa 7 April berita suka cita itu datang. Hasil test swab saya dan istri dinyatakan negatif. Terima kasih Tuhan saya bisa melewati masa-masa kritis. Terima kasih luar biasa buat istri saya yang di dalam kesedihannya terus memberi yang terbaik buat saya dan mengurus semua keperluan saya, I love you so much!

Terima kasih tak terhingga saya ucapkan buat  seluruh saudara-saudara terkasih dan semua teman-teman yang selalu mendukung dalam doa-doanya, serta selalu memberi support setiap hari. Buat siapapun yang sedang berjuang melawan virus ini, percayalah kesembuhan hanya menunggu waktu. Lawan dengan hati  penuh syukur. Vitamin-vitamin terus diminum. Buat yang mulai merasakan gejala-gejala, tidak usah panik dan tidak usah menunggu test segala macam yang belum tentu cepat prosesnya. Langsung self-isolated, minum vitamin dan konsumsi makanan makanan sehat. God bless you all!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  1  =