Channel9.id-Jakarta. Kabar gembira bagi para pecinta puisi dan yang mengagumi puisi-puisi Chairil Anwar. Rumah produksi Falcon Pictures bersiap menghadirkan kisah sosok penyair besar Tanah Air, Chairil Anwar, ke layar lebar.
“Kami percaya, kisah Chairil adalah kisah tentang keberanian untuk hidup dengan caranya sendiri. Tentang semangat yang tak pernah padam, bahkan setelah raga tiada,” ujar produser Falcon Pictures, Frederica, dalam keterangan resminya, Senin (10/11/2025).
Film ini akan mengangkat kisah Chairil Anwar, pujangga yang dengan puisinya mengguncang zaman dengan sejumlah karya seperti ‘Aku’, ‘Karawang-Bekasi’, ‘Doa’ dan ‘Diponegoro’ bukan sekadar deretan kata, melainkan letupan jiwa muda yang menolak tunduk.
Melalui film ini, Falcon Pictures ingin menghadirkan kembali sosok Chairil bukan hanya sebagai sastrawan, tetapi sebagai manusia yang mencintai, memberontak, dan hidup sepenuh tenaga.
Dengan proyek Chairil Anwar ini, Falcon Pictures sekali lagi menegaskan komitmennya untuk menghadirkan kisah-kisah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menghidupkan ingatan kolektif bangsa tentang kata, tentang keberanian, dan tentang manusia yang menulis hidupnya dengan tinta abadi.
Kabar itu juga disampaikan Falcon Pictures melalui unggahan di akun media sosial Instagram resminya menampilkan potret ikonik sang penyair.
Dalam unggahan tersebut, Falcon juga mengajak publik ikut serta menebak siapa aktor yang paling pantas memerankan sang penyair muda yang hidupnya pendek namun membara.
“Film Chairil Anwar. Segera di bioskop. “Menurut kalian siapa nih yang cocok berperan sebagai Chairil Anwar?,” tulis unggahan di media sosial @falconpictures.
Sebagai informasi, Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949), dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang” (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah memublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema; mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, cinta hingga tak jarang multi-interpretasi.
Kontributor: Akhmad Sekhu





