Hot Topic

Komjen Boy Rafli: Dunia Maya Jadi Ruang Sebarluaskan Paham Radikal, Sesatkan Anak Muda

Channel9.id – Jakarta. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menegaskan, dunia maya terutama media sosial, menjadi sarana teroris untuk menyebarkan paham radikal dan intoleran.

Menurut anggota Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) Unpad ini, bila dibiarkan, teroris akan menguasai dunia maya dan merusak pemikiran masyarakat terutama generasi muda sebagai penerus bangsa.

“Jadi mereka (teroris) umumnya menyuarakan hal-hal yang bertentangan. Kemudian proses penyampaian pesan dan penyebarluasan paham radikal juga bukan konvensional, tapi memanfaatkan dunia maya,” kata Boy saat menjadi pembicara Silaturahmi virtual IDIK Unpad, Kamis (18/6).

“Mereka juga merekrut anak muda dengan begitu meyakinkan. Komunikasinya seperti doktrin. Terlebih, anak muda ini, ilmu agamanya masih terbatas dan tidak memiliki pekerjaan tetap, akhirnya tergiur,” lanjut Boy.

Terkait hal itu, Boy mencontohkan kasus penyerangan dan pembunuhan di Polsek Daha Selatan, Kalsel beberapa waktu lalu. Dia menyebut, pelaku penyerangan adalah pria berumur 20 tahun. Sebelum dilumpuhkan polisi, pria itu meninggalkan surat wasiat berisi alasan melakukan penyerangan

“Dia menjelaskan hal itu dilakukan atas nama agama. Dia meminta semua pihak melawan yang dia kategorikan sebagai Thogut dan menyerukan bangkit dari tidurnya dan mari kita berjuang,” ujar Boy.

Karena itu, Boy menegaskan, dunia maya bisa membuat pola pikir generasi muda berubah. Bahkan, bisa menjadi pelaku tunggal, tanpa bergabung dengan kelompok teroris.

“Oleh karena itu, BNPT berusaha melakukan komunikasi yang baik di berbagai media sosial. Dalam konteks kontraradikalisme. Itu dilakukan agar narasi radikal dan intoleran bisa diseimbangkan,” kata Boy.

Tak hanya itu, Boy menyatakan, BNPT melakukan kerjasama dengan sejumlah tokoh agama supaya memberikan literasi agama kepada pengguna media sosial.

“Kerja sama ini juga bisa memproduksi narasi untuk menangkal pemahaman radikal yang kita yakin sebagai sebuah pemahaman sesat. Karena di medsos seolah keyakinan agama, dapat dengan mudahnya digunakan untuk mengambil nyawa orang lain,” pungkasnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  6  =